Aswaja, NU, politik dalam pendidikan

JUDUL : ASWAJA, NU, POLITIK dan PENDIDIKAN
NAMA : ACHYAT SAFIR RUDIN (1493044088)
EMAIL : rudinachyatsafir50@gmail.com
Abstrak
Aswaja yang berkembang di tenggah masyarakat muslim Indonesia mulai berubah maknanya. Tiap-tiap oraganisasi besar islam sering mengatakan bahwa dialah yang berhalaulan aswaja. Memang tidak ada yang salah, karena di dalam aplikasinya, mereka menggunakan al-Qur’an dan juga Sunnah sebagai landasan dasarnya. menurut bahasa ahl( keluarga, golongan, atau pengikut) al-sunnah ( bermakna al-thariqoh wa law ghira mardhiyah yaitu jalan atau cara walaupun tidak diridhoi) dan sedangkan al-jama’ah berasal dari kata jama’a yang artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian ke sebagian lain. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islamterbesar di Indonesia.[3] Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomiNahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islamterbesar di Indonesia.[3] Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.  Dalam kontek ke-NU-an, Awaja itu meliputi tiga unsur; peratma (akidah), kedua (Syariah), Ahlaq (al-Ihsan). Ketiga unsur itu, merupakan satu kesatuan ajaran yang mencakup semua aspek prinsip keagamaan islam. Madhab Aswajanya- NU hanya cukup dengan tiga unsur, urusan suluk (prilaku) tasawwuf berkiblat pada Imam al-Ghozali dan Imam al-Junaidi. Jadi, NU selalu mengedepankan “Tawassut dan I’tidal”. Artinya wong NU tidak mendewakan Akal, dan juga tidak meniadakan dalil. Keseimbangan dan tenggah adalah ciri khas ajaran Aswaja wong- NU. Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu antara aswaja, NU, politik di indonesia harus bisa menjadi sebuah pembelajaran dalam dunia pendidikan karna yang akan mentukan kemajuan suatu bangsa adalah kondisi yang ada dalam negara tersebut.

Keyword
Kata kunci pada pembahasan yang akan di paparkan yakni mengenai ASWAJA, NU, POLITIK, dan PENDIDIKAN.

Pendahuluan
Aswaja yang berkembang di tenggah masyarakat muslim Indonesia mulai berubah maknanya. Tiap-tiap oraganisasi besar islam sering mengatakan bahwa dialah yang berhalaulan aswaja. Memang tidak ada yang salah, karena di dalam aplikasinya, mereka menggunakan al-Qur’an dan juga Sunnah sebagai landasan dasarnya.  Muktamar NU yang sedang berlangsung di Makasar merupakan Gawe besar NU ke-32 setiap lima tahun sekali. NU, merupakan salah satu dari sekian organisasi yang berupaya menjaga keutuhan organisasi ber- azazkan Aswaja.
“Aswaja” (ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah) adalah kaum yang mengikuti jalan dan kepercayaan yang dianut oleh Nabi Muhammad Saw serta sahabatnya. Dalam sebuah hadis Nabi, kalimat ahlu sunnah wal jama’ah sudah dikenal;
عن عبد الله بن عمرو ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « ستفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة ، كلها في النار إلا واحدة ما أنا عليها اليوم وأصحاب
Artinya” Dari Abudullah bin Amr, beliau mengatkan” Nabi telah bersabda akan pecah umatku menjadi tiga puluh tiga kelompok, semua akan masuk ke- Neraka, kecuali satu, apa yang aku berada di atasnya bersama sahabatku. Dalam hadis lain, sahabat bertanya kepada Nabi” siapa yang selamat?” Nabi menjawab; Ahlussunnah wal Jama’ah”.
Berdasarkan hadis di atas telah dijelaskan bahwasanya yang akan selamat ketika hari kiamat nanti adalah golongan Ahlussunnah wal jama’ah. Namun di indonesia sendiri begitu banyak organisasi islam yang menyatakan bahwa dirinya adalah golongan ahlussunnah wal jama’ah. Dari sinilah akan dijelaskan bagaimana ahlussunnah wal jama’ah yang sebenarnya. Dan juga bagaimana aswaja nahdlotul ulma’ yang juga menyatakan bahwa dirinya adalah golongan yang menganut ahlussunnah wal jama’ah, yang bisa kita lihat saat ini NU merupakan organisasi islam yang bisa dikatakan termasyhur di indonesia dengan jumlah pengikutnya yang sangat banyak.
muslim Indonesia 50,3% mengaku berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama, dan 14,9% mengaku berafiliasi dengan Muhammadiyah, sisanya tersebar ke ormas-ormas yang lain dan tidak berafiliasi ke ormas manapun. Sementara dari sisi keanggotaan, 36,1% mengaku menjadi anggota NU, dan 6,3% mengaku menjadi anggota Muhammadiah. Dari survei ini juga menunjukkan 54,6% penduduk muslim Indonesia mengaku tidak menjadi anggota ormas manapun. Dari  proses perhitungan tersebut dihasilkan jumlah penduduk muslim yang berafiliasi dengan NU berjumlah 79,04 juta jiwa dan yang berafiliasi dengan Muhammadiyah 22,46 juta jiwa. Dari sisi keanggotaan, 57,33 juta penduduk muslim Indonesia mengaku menjadi anggota NU dan 9,39 juta mengaku menjadi anggota Muhammadiyah.
Dalam kontek ke-NU-an, Awaja itu meliputi tiga unsur; peratma (akidah), kedua (Syariah), Ahlaq (al-Ihsan). Ketiga unsur itu, merupakan satu kesatuan ajaran yang mencakup semua aspek prinsip keagamaan islam. Madhab Aswajanya- NU hanya cukup dengan tiga unsur, urusan suluk (prilaku) tasawwuf berkiblat pada Imam al-Ghozali dan Imam al-Junaidi. Jadi, NU selalu mengedepankan “Tawassut dan I’tidal”. Artinya wong NU tidak mendewakan Akal, dan juga tidak meniadakan dalil. Keseimbangan dan tenggah adalah ciri khas ajaran Aswaja wong- NU.
Aswaja dan NU terlihat sangat singkron dimana lebih mementingkan dalam urusan-urusan agama namun tidak menafikan urusan dunia terlebih dalam urusan negara, Pendidikan, budaya dan juga politik. Dalam urusan politik sendiri, NU menegaskan bahwasanya umat islam wajib mempertahankan kebebasan menjalankan agama yang di jamin oleh pemerintah.  Dalam muktamar NU yang digelar di banjarmasin pada tahun 1936 mempertanyakan “apakah umat islam wajib mempertahankan kekuasaan hindia belanda?”. Hal ini yang akan dijelaskan nanti oleh penulis dalam pembahasan yang lebih ringkas.
Dari aspek aswaja-NU-politik juga tidak kalah ketinggalan yakni dari segi aspek pendidikan dimana nantinya baik aswaja, NU, dan juga politik akan di ajarkan pada dunia pendidikan. Pendidikanlah yang nantinya akan mengantarkan para penerus generasi selanjutnya. Apabila dari tiga aspek tadi tidak diPerhatikan secara matang, lalu mau dibawa kemana negara dan agama ini?.
Oleh karena itu penulis mengambil judul “ASWAJA, NU, dan PENDIDIKAN”. Yang nantinya, semoga dapat memberikan sebuah wawasan bagi para pembaca untuk memperhatikan situasi yang terjadi di negara indonesia.

Pembahasan
Ahlussunnah wal jama’ah melimiliki tiga kata yang membentuk istilah tersebut yaitu ahl yang bererti keluarga, golongan atau kelompok. Al-sunnah secara bahasa bermakna al-athoriqah wa law ghaira mardhiyah yang berarti jalan atau cara walaupun tidak di ridhai.  Sedangkan menurut istilah sunnah adalah suatu nama untuk cara yang diridhoi dalam agama, yang telah di tetapkan oleh Rosulullah SAW atau selainnya dari kalangan orang yang mengerti tentang islam, seperti para sahabat rosulullah SAW. Jama’ah adalah apa yang telah disepakati oleh para shabat Rosul SAW pada masa khulafa rasyidin (abu bakar, umar, ustman, dan ali).hal ini jg di dasarkan pada sebuah hadis
من أراد بحبوحة الجنة فليلزم ااجمعة  رواه الترمذي ٢٠٩ ولحاكم  ٧٧ ٧٨ وصححة ووافقه الحافظ الذهي
“ barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-jama’ah (kelompok yang menjaga kebersamaan)” ( HR. Al-TIrmidzi (2091), dan al -H ahim (1/77-78) yang menilainya shahih dan disetujui oleh al-Hafizh al-DZahabi).
Dengan demikian dapat di pahami bahwa ASWAJA merupakan islam murni yyang langsung dari Rosulullah, kemudian diteruskan oleh para sahabatnya. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang menjadi pendiri ajaran ASWAJA. Ajaran ASWAJA sendiri ada tiga hal yang menjadi sendi utama dalam agama islam itu yaitu, iman, islam, dan ihsan.
Dari sisi keiluan, semula ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terbagi-bagi. Namun selanjutnya para ulama mengadakan pemisahan, sehingga menjadi bagian ilmu tersendiri. Iman memunculkan ilmu tauhid atau ilmu kalam. Islam (dalam pengetian sempit menghadirkan ilmu fiqih atau hukum islam). Sedangkan ihsan melahirkan ilmu tasawuf atau ilmu akhlak. Meskipun menjadi ilmu tersendiri dalam tataran pengalaman kehidupan beragama tiga perkara itu harus diterapkan secara bersamaan tanpa melakukan pembedaan. Misalnya orang yang sedang sholat, dia harus mengesakan Allah disertai keyakinan bahwa hanya dia yang wajib disembah (iman), harus memenuhi syarat dan rukun shalat (islam), dan shalat harus dilakukan dengan khusyu’ dan penuh penghayatan (ihsan). Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Hal yang sangat menonjol dalam peerkembangan sejarah umat islam, terdapat aspek yang sangat membedakan antara ajaran ASWAJA dengan ajaran golongan lain yakni terletak pada aspek politik. Golongan syi’ah, khawarij, dan mu’tazilah keseluruhannya mengusung isu politik, bahkan pada bagian tertentu ranah politik dikaitkan dengan ilmu tauhid atau keimanan. Aspek politik ini jstru malah menjadi pelengkap bagi ajaran ahlussunnah wal jama’ah(terutama bila di perbandingkan dengan ajaran kelompok lain)selain aspek akidah (teologi) dan fiqih (hukum). Dan yang menjadi ciri khas akidah ahlussunnah wal jama’ah  yakni bahwa allah itu ada tanpa arah dan tanpa tempat. Hal ini diantara yang membedakan  ahlussunnah waljama’ah dengan aliran-aliran lain.
Indonesia saat ini banyak terbentuk organisasi-organisasi islam yang mana mengatakan bahwa dirinya mengatut ajaran Ahlussunnah wal jama’ah. Dari begitu banyaknya organisasi islam di indonesia ada 2 organisasi yang sangat masyhur yakni NU( Nahdlotul ulama) dan Muhammadiyah. Keduanya memiliki pengikut serta anggota yang sama banyaknya.
muslim Indonesia 50,3% mengaku berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama, dan 14,9% mengaku berafiliasi dengan Muhammadiyah, sisanya tersebar ke ormas-ormas yang lain dan tidak berafiliasi ke ormas manapun. Sementara dari sisi keanggotaan, 36,1% mengaku menjadi anggota NU, dan 6,3% mengaku menjadi anggota Muhammadiah. Dari survei ini juga menunjukkan 54,6% penduduk muslim Indonesia mengaku tidak menjadi anggota ormas manapun. Dari  proses perhitungan tersebut dihasilkan jumlah penduduk muslim yang berafiliasi dengan NU berjumlah 79,04 juta jiwa dan yang berafiliasi dengan Muhammadiyah 22,46 juta jiwa. Dari sisi keanggotaan, 57,33 juta penduduk muslim Indonesia mengaku menjadi anggota NU dan 9,39 juta mengaku menjadi anggota Muhammadiyah.
NU didirikan untuk membentengi artikulasi fiqih empat madzhab di tanah air. Sebagaimana tercantum dalam pasal 2 Qonun asasi li jam’iyat nahdhat al-ulama (anggaran dana NU) yaitu:
1. Memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat (yaitu madzhab imam muhammad bin idris al-syafi’i, imam malik bin anas, imam abu hanifah an-nu’man, dan imam ahmad bin hambal).
2. Menyelenggarakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama islam.
Tak terlepas dari pemikira tokoh pendirinya yaitu KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Baginya menganut paham ahlussunnah wal jama’ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara extrim rasional (yaitu mu’tazilah) dengan kaum extrim literalis /atsariyah (salafi/wahabi). Oleh karena itu, sumber pemikiran bagi KH. Hasyim Asy’ari tidak hanya Al-qur’an dan hadis saja melainkan juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik.
Pemikiran yang dijadikan patokan NU adalah berdasarkan pada abu hasan al-asy’ari dan abu mansur al-maturidi dalam bidan teologi. Dalam fiqih cenderung mengikuti imam syafi’i dan mengakui 3 imam lain( imam abu hanifah, imam malik, dan imam ahmad bin hambal). Sementara dalam bidang sepiritual mengembangkan metode imam al ghazali dan junaid al-baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawwuf dengan syari’at.
Khashais (ciri-cir) fikrah nahdliyah
1. Fikrah tawasuthiyyah (polah pikir morderat), artinya nahdlotul ulama senaniasa bersikap tawazun (seimbang) dan i’tidal (moderat) dalam menyikapi berbagai persoalan. Nahdlotul ulama’ tidak tafrith atau ifrat.
2. Fikrah tasamuhiyah (polah pikir toleran), artinya nahdlotul ulama’ dapat hidup berdampingan secara damai dengan pihak l;ain walaupun akidah, cara pikir, dan budayanya berbeda.
3. Fikrah ishlahiyyah (polah pikir reformatif), artinya nahdlotul ulama’ senantiasa mengupayakan perbaikan menuju ke arah yang lebih baik (al-islah ila ma huwaal-ashlah).
4. Fikrah tathawwuriyah (polah pikir dinamis), artinya nahdlotul ulama’ senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai persoalan.
5. Fikrah manhajiyah (polah pikir metodologis), artinya nahdlatul ulama’ senantiasa menggunakkan kerangka berfikir yang mengacu kepada manhaj yang telah ditetapkan oleh nahdlotul ulama’.
Jadi, NU selalu mengedepankan “Tawassut dan I’tidal”. Artinya wong NU tidak mendewakan Akal, dan juga tidak meniadakan dalil. Keseimbangan dan tenggah adalah ciri khas ajaran Aswaja wong- NU.
Aliran aswaja yang di anut oleh NU yang mudah di terima oleh masyarakat indonesia justru menimbulkan pertanyaan bagaimanakah kondisi politik di indonesia, dan bagaima caranyan NU menyikapi politik di indonesia? Hal inilah yang perlu diketahui dan dicermati berkenaan dengan politik di indonesia dan bagaimana politik yang dilakukan oleh NU.
Dalam sejarahnya di indonesia politik dibagi menjadi dua bagian yakni politik kanan dan  politik kiri. Politik kanan adalah politik yang berideologi konservatif yang secara umum mendukung kebijakan penguasa/kasa pada saat itu. Sedangkan yang menawarkan perubahan dalam sistem itu disebut kel kiri.
Idiologi kiri, meyakinkan bahwa kenyataan sosial tidak hanya perlu dipahami dan ditafsirkan, hal yang  lebih penting yaitu kenyataan sosial juga harus di ubah.  Ideologi kiri bersifat radikal – moderat, sedangkan kanan adalah bersifat konservatif – liberal. Berdasakan perkembangan Islam di indonesia terbagi menjadi 4 yaitu;
A. Islam modernis
B. Tradisional-konservatif
C. Transformisme islam
D. Islam fundamentalis
Islam modernis mengebangkan gagasan-gagasan rasionalis, liberal, dan modernis. Untuk Politik dikembangkan melalui parsipatif politik demoktatis di dalam masyarakat melalui rakyat. Liberal harus melakukan sekulerisasi politik dan ekonomi. Radikal lama, Sebaliknya menolak westernisasi dan sekularisasi, penolakan terhadap paradigma sekularisasi terutama terletak pada sifat deterministiknya, bahwa dunia harus dibebaskan dari nuansa keagamaan, dan mustahil sebuah masyarakat menjadi moderen kalau tidak sekuler dulu.
Islam tradisional-konservatif mengambil bentuk politik dalam bentuk moderen/ fundamentalis paradigmanya adalah rasionalis dan ideologinya dalam politik adalah konservatif, lebih mengedepankan sikap moderat, koperatif, dan tidak oposan serta bisa berakomodasi ke dalam negara nasional.
Transformalisme islam, yang mempunyai ideologi bahwa islam harus menjadi kekuatan yang progresif dan transformatif dengan misi utama untuk menegakkan keadilan, membela sektor-sektor masyarakat yang marginal dan tertindas, dan melawan kezaliman dalam politik maupun ekonomi.
Islam fundamentalis (neo-revivalis), islam ini mengikuti paham wahabisme. Yang di inginkan adalah kepemimpinan politik yang universalis. Mereka ingin menerapkan islam sebagai kalangan salaf (kalangan terdahulu) dalam mengunakan ajaran islam.
NU dan politik di indonesia hari ini mengalami sebuah kris kejujuran, keikhlasan, dan toleransi dan terlebih lagi banyak meninggalkan budaya yang tela ada sejak dahulu. NU yang pada dahulunya banyak kyai yang ngopeni organisasi ini skarang justru lbih banyak melibatkan dirinya pada dunia politik, kenapa tidak? Dalam organisasi yang di sebut sebagai NU ini seharusnya lebih mementingkan akhlakul karimah bukan kantong basah.  Sedangkan politik di indonesia saat ini justru malah menjadi saling adu dimana kebinekaan telah dilupakan bahwasanya walau berbeda ras, suku, agama dan budaya namun tetap dalam satu kesatuan yaitu republik indonesia, dimana anggotanya harus berbondong-bondong dalam satu tujuan se iya sekata yaitu untuk memajukan dan mensejahterakan bangsa dan negara.
Aswaja-NU-politik, ketiga hal tersebut sangat berimbas pada dunia pendidikan terutama dalam pendidikan yang berbasis agama islam. Hal ini yang akan menjadi tolak ukur bagi para pendidik dan peserta didik menilai suatu keadaan yang ada serta bagaimana menanggulanginya, bagaimana agar tidak terjadi lagi seperti itu?. Inilah yang akan menjadi PR yang sangat penting bagi dunia pendidikan. Di kampus terutama banyak sekali mahasiswa/i yang dengan sangat mudahnya terpengaruh oleh sosial media, yang jadinya hanya ikut-ikutan sesuai dengan yang iya tangkap, tidak melihatnya dari berbagai macam sudut pandang. Hal ini lah yang terjadi dalam dunia pendidikan ditambah lagi media sosial yang banyak menyebarkan isu-isu yang tidak benar (hoax).
Padahal kita tau tujuan pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Penutup
Penulisan jurnal ini dilakukan agar dapat memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir semester mata pelajaran ASWAJA yang dibina oleh Bpk. Jumari yang mana dalam hal ini yang memberikan arahan wawasan tentang ke-NU-an. Dalam penulisan jurnal ini pastinya masih banyak kekurangan didalamnya oelh karena itu, penulis membuka kritik,masukan dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki jurnal ini lebih baik lagi. Semoga jurnal ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khusus bagi penulis. Trimakasih.

Daftar pustaka
Akhyar, miftahul. 2012. Risalah Ahlussunnah' Wal-Jama’ah dari pembiasaan menuju pemahaman dan pembelaan akidah-amaliah NU. Surabaya:khalista.
Asy’ari, hasyim. Risalah Ahlussunnah’ Wal-Jama’ah. Jombang: maktabah al-aturats al-islami.
Ali, as’ad said. 2012. Gerakan pasca reformasi. Jakarta:LP3ES, anggota ikapi.
http://m.kompasiana.com/www.tarbawi.wodrpress.com/nu-aswaja-politik-dan-pendidikan_54ff9e4fa33311764c510abf. Di posting pada 25 Maret 2010 03:18:00
Diperbarui : 26 Juni 2015 17:12:57 dan di ambil pada 27 mei 2017.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tujuan_pendidikanv di ambil pada 27 mei 2017.
https://hasanuddinali.com/2017/01/19/menakar-jumlah-jamaah-nu-dan-muhammadiyah/. Di posting pada JANUARY 19, 2017. DAN DI AMBIL PADA 2 JUNI 2017.
Al-hafni, abdul mun’im. 2009. Ensiklopedia golongan, kelompok, aliran, mazhab, partai, dan gerakan islam seluruh dunia. Jakarta: grafindo khazanah ilmu.

Comments

Popular posts from this blog

BIOPSIKOLOGI

PENILAIAN BERBASIS KELAS

Sifat, hakikat, dan aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan