kurikulum




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Saharuddin, S.Pd Pengurus Cabang IP-DDI Kabupaten Sidenreng Rappang Setiap perubahan kurikulum selalu menjadi harapan besar bagi seluruh masyarakat Indonesia akan adanya perubahan dalam dunia pendidikan terutama untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, namun tentu harus terpahami bersama se ideal apapun kurikulum yang coba diterapkan kalau kesadaran dari setiap stakeholder untuk membangun dunia pendidikan kurang, tentu tentu sangat susah untuk membangun dunia pendidikan yang ideal.
Dalam perspektif Soetopo dan Soemanto pengertian perubahan kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja, tentunya menuju movement yang lebih baik.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa sistem kurikulum itu?
2.      Sistem apa saja yang mempengaruhi perubahan kurikulum?
3.      Sejauh mana peran sistem dalam perkembangan kurikulum?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui sistem kuriklum.
2.      Mengetahui apa yang mempengaruhi perubahan kurikulum.
3.      Mengetahui sejauh mana peran sistem dalam perubahan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian kurikulum
      Kata kurikulum memiliki banyak arti yang berbeda tergantung dari posisi seseorang dalam sistem pendidikan. Sebagai contoh, sorang pembuat kurikulum akan melihatnya sebagai suatu rencana untuk pengalaman kurukulum di sekolah (yang ideal), seorang guru akan melihatnya sebagai pemerintah atau orang yang biasa berada diluar ruang kelas yang mengatakan padanya untuk mengajar (mempraktekan), seorang siswa akan melihatnya sebagai apa yang harus saya pelajari untuk lulus sekolah atau madrasah (kenyataan). Dan oang tua melihatnya sebagai apa yang sebenernya telah dipelajari oleh anak saya disekolah (prestasi). Di pihak lain mungkin akan melihatnya sebagai buku atau materi untuk guru dan siswa.
            Istilah kurikulum digunakan pertama kali di dunia olahraga pada zaman yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere, yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang atlit. Pada waktu itu, orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai stat sampai finish. Istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan para ahli mempunyai pandangan yang beragam tentang kurikulum. Pengertian kurikulum sejalan dengan perkembangan praktik dan teori pendidkan. Dalam pandngan lama, kurikulum dipandang sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh disekolah atau madrasah, itulah kurikulum.
Kurikulum dalam arti sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid, menurut Oemar Hamalik (1993), mempunyai implikasi bahwa mata pelajaran pada hakikatnya adalah pengalaman masa lampau, dan tujuan mempelajari adalah untuk memperoleh ijazah. Pengertian krikulum yag dianggap tradisional ini, menurit S. Nasution (2008), masih banyak dianut sampai sekarang termasuk juga di Indonesia, bahkan masih mewarnai kurikulum yang berlaku dewasa ini.
Menjembatani  beragamnya kurikulum ditas S. Nasution (2008) menyatakan bahwa kurikulum dapat ditinjau sebagai berikut :
1.      Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.
2.      Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan sekolah atau madrasah untuk mencapai tujuannya.
3.      Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa yakni pengetahuan, sikap, ketrampilan tertentu.

Kurikulum sebagai pengalaman siswa

B.     Komponen kurikulum
Dalam melihat kompenen kurikulum, orang bisa mengajukan beberapa pertanyaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Ralph W.Tyler dalam bukunya basic priciple of curiculum and intruction sebagaimana dikutip oleh Nasution (2008) yaitu:
1.      Tujuan apa yang harus dicapai sekolah atau madrasah?
2.      Bagaimana memilih bahan pelajaran untuk mencapai tujan seekolah atau madrasah ?
3.      Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif diajarkan?
4.      Bagaimana efektifitas belajar dapat dinilai?

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa suatu kurikulum terdiri dari atas komponen komponen :
1.      Tujuan
2.      Isi
3.      Metode atau proses belajar mengajar
4.      Evaluasi
Setiap komponen kurikulum tersebut sebenarnya saling berkaitan bahkan masing-masing merupakan bagian integral dari kurikulum tersebut

C.    Sirkulasi perubahan kurikulum
dalam perjalanan dunia pendidikan di indonesia, salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan adalah melakukan perubahan kurikulum pendidikan. Sejarah kurikulum pendidikan di indonesia kerap kali berubah seiring dengan pergantian mentri pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan sesuai.
Perubahan kurikulum di indonesia mengalami perubahan kurang lebih tujuh kali perubahan, di mulai pada tahun 1947,1952,1968,1975,1984,1994,2004,2006 dan yang terakhir adalah 2013.perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,sosial budaya, ekonomi, dan iptek daam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
1.      Rencana pelajaran 1947
Kurikulum pada saat itu terbentuk pada tahun 1947 yag di ber nama rencana pembelajaran  yang pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Kurikulum ini baru dilaksanakan oleh sekolah-sekolah pada tahun 1950.
Bentuk pokok muatanya ada dua hal yakni :daftar mata pelajaran dan jam mata pelajranya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun yang di utamakan pendidikan watak atau prilaku (value, attitude), meliputi :
a.       Kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
b.      Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari.
c.       Perhatian terhadap kesenia dan pendidikan jasmani.
2.      Rencana pelajaran terurai 1952
Pada tahun ini kurikulum pendidikan mengalami penyempurnaan dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajran Terurai 1952. Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Perubahan kurikulum ini merupakan perubahan kurikulum sistem kolonial kedalam sistem pendidikan nasional. Dalam hal ini sistem pendidikan nasional harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Pendidikan pikiran harus dikurangi
b.      Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian
c.       Pendidikan watak
d.      Pendidikan jasmani
e.       Kewarganegaraan dan masyarakat
Kurikulum ini lebih memerinci setiap mata pelajaran yang disebut Rentjana Pelajaran Teruai. Silabusnya harus jelas dan guru hanya mengajar satu mata pelajaran.
3.      Rencana pendidikan 1968
Kelahiran kurikulum 1968 ini bersifat politis: menganti Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakn sebagi produk Orde Lama. Tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus, jumlah pembelajrannya sembilan.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

4.      Satuan pendidikan 1975
Kurikulum 1975 sebagai penganti kurikulum 1968 yang menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Dalam pengajaran, sudah ditentukan tujuan-tujuan yang setelah proses belajar, harus dicapai oleh siswa. Hal ini membuat bahan ajar tidak bisa berkembang.proses belajar di tentukan lebih dahulu oelh pembuat kebijakan tentang output yang ingin dihasilkan. Sisea dan guru cenderung lebih pasif dalam proses belajar mengajar. Ciri dari kurikulum ini adalah:
a.       Berorientasi pada tujuan.
b.      Menekankan pada efisiensi dan efektifitas dalam ha daya dan waktu.
c.       Menganut pendekatan integratif.
d.      Menganut pendekatan sistem intruksional.
e.       Dipengaruhi psikologi tingkahlaku.

5.      Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

6.      Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
Kurikulum1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebeumnya. “jiwanya ingin mengombinasikan antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata mudjito menjealskan.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

7.      Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

8.      KTSP 2006
Kurikulumyang terbaru adalah 2006 KTSP yang merupakan perkembangan dari kurikulum 2004 KBK.kurikulum 2006 merupakan kurikulum yangmemberikan otonomi kepada kepala sekolah untuk menyelengarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing-masing pengampu mata pelajaran yaitu guru.

9.      Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013 dijelaskan bahwa salah satu karakteristik kurikulum 2013 adanya keseimbangan antara sikap,keterampilan, dan  pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills.  Peserta didik dari mulai jenjang SD,SMP,SMA/SMK, dan PT seperti yang diungkapkan Marzano (1985) dan Bruner (1960).

D.    Peranan  Sistem dalam Pengembangan Kurikulum
Salah satu model pengembangan kurikulum adalah The systematic action-research model. Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal ini mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal yaitu; hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari guru profesional.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain. Mereka mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat. Inilah keterkaitan pengembangan kurikulum dengan lingkungan, bahwa sisitem dalam lingkungan juga berperan sangat penting dalam pengembangan kurikulum.
Oleh karena itu, keterkaiatan komponen-komponen yang ada, baik dalam lingkungan masyarakat atau pun yang ada dalam kurikulum itu sendiri, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan saling berhubungan, dan itulah yang disebut dengan sistem. Dengan demikian, maka peranan sistem dalam pengembangan kurikulum merupakan hal yang sangat penting adanya.

BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Mengingat kembali isi bab ini, berbagai persoalan menjadi jelas. Satu persoalan adalah pendekatan inovatif kurikulum: sebaiknya dari sudut pandang penggunanya (guru dan siswa) atau orientasi pengembang mengacu pada produk? Pemilihan rekomendasi untuk menggunakan teknik penilaian kebutuhan, pendekatan problem-solving staf, tindakan kelas dan guru sebagai agen perubahan juga membantu pemecahan persoalan. Pemilihan manipulasi organisasi, struktur social, pendekatan system dan adopsi model R dan D disisi lain juga membantu.
Dalam pengembangan kurikulum ada dua sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang perlu menjadi acuan, yaitu; sistem lingkungan dan sistem kurikulum. Sistem lingkungan terdiri atas beberapa komponen yaitu; Alam, Sosial, Budaya, Politik, Ekonomi, dan Agama.
Sedangkan sistem kurikulum terdiri atas beberapa komponen juga yaitu; tujuan, metode, materi/isi, dan evaluasi. Masing-masing dari kedua sistem tersebut harus ada relevansi atau kesesuaian antar satu dengan yang lain.  Kesesuaian sistem yang ada dalam kurikulum mengacu pada kesesuaian sistem yang ada dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan perkembangan yang ada di lingkungan masyakarakat.

B.       Saran
Dalam penulisan makalah ini pastinya masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka pintu selebar-lebarnya atas kritikan dan masukan yang bersifan membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Terimakasih.




DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, hanun dan amin alamsyah,  anas. 2010. Pengembangan kurikulum. Surabaya; kopertais IV press.
Hosna, rofiatul dan h.s, samsul. 2015. Melejitkan pembelajaran dengan prinsip-prinsip belajar. Malang; intelegensia media.

http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.co.id/2014/11/makalah-perubahan-kurikulum.html.

Syaodih sukmadinata, Nana. 2004. Pengembangan kurikulum: teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Comments

Popular posts from this blog

BIOPSIKOLOGI

PENILAIAN BERBASIS KELAS

MENGEMBANGKAN METODE PEMIKIRAN ISLAM