Lanjutan Teori Belajar
Lanjutan Teori Belajar
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Psykologi Umum
Yang Dibina oleh Bapak Abdullah
Aminuddin Aziz, M.Pd.I.
Di susun Oleh :
Imam Mafruch (
1493044105 )
Eka Anivatun Cristya (
1493044126 )
Nailil Mafrudho (
1493044031 )
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2014
KATA PENGANTAR
السلام عليكم ورØÙ…Ø© الله وبركاته
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatdan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud
penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Umum yang di amanatkan oleh dosen Abdullah Aminuddin Aziz,M.pdI. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya
bagi yang membaca makalah ini, untuk
menambah pengetahuan tentang teori belajar. Amin.
والسلام عليكم ورØÙ…Ø© الله وبركاته
Jombang,
31 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar........................................................... 2
B. Metode dan Efisiensi Belajar................................................................................ 9
C. Hubungan Belajar dengan Menghafal dan Ingatan.............................................. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................... 17
B. Kritik dan Saran.................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................... 18
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini perkembangan
ilmu psykologi berperan penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
pendidikan khususnya di Indonesia. Berbagai macam landasan pada psykologi ini
menunjang pembelajaran menjadikan peserta didik merasa menyenangkan ketika di
dalam kelas dan materi pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.
Tercapai tujuan atau kompetensi yang menunjukan peningkatan kualitas dan kuantitas
pendidikan. Yang dapat terukur dari jumlah kelulusan, nilai dan prestasi
akademik.
Akan tetapi, pelaksanaan
pembelajaran tidak dapat berjalan secara baik akan pula berdampak pada kualitas
pendidikan sekarang ini. Hal ini berpengaruh langsung pada peserta didik akan
malasnya berangkat ke sekolah, kurang memperhatikan penyampaian materi yang di
sampaikan pendidik dan kurang berminatnya peserta didik dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh pendidik. Hal ini menyebabkan adanya teori-teori pembelajaran
menjadikan bekal sebagai arahan pada pendidik dalam menjalani proses belajar
mengajar dengan karakter siswa yang beraneka ragam, unik, berbagai ciri.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa Sajakah faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar ?
2.
Bagaimanakah
Metode dan Efisiensi Belajar ?
3. Apa
Hubungan Belajar dengan Mengahafal dan Ingatan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar anak atau individu dapat di bagi dua yaitu :
1. Faktor
Endogen atau faktor internal, yaitu semua faktor yang berada dalam diri
individu yang meliputi :
a. Faktor
Fisik
Faktor
fisik ini bisa kita kelompokkan menjadi beberapa kelompok, antara lain faktor
kesehatan. Contoh misalnya, anak yang kurang sehat atau kurang gizi daya
tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang di bandingkan dengan anak yang
sehat.
Selain
faktor kesehatan, ada faktor lain yang penting yaitu cacat. Cacat yang di bawa
sejak anak berada dalam kandungan, keadaan cacat ini bisa menghambat
keberhasilan seseorang. Contoh misalnya, orang bisu, tuli sejak lahir atau
menderita epilepsi bawaan dan geger otak karena jatuh. Keadaan seperti ini
dapat menjadi hambatan dalam perkembangan anak, sehingga anak menghadapi
kesulitan untuk bereaksi dan berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya.
Misalnya, anak yang tidak bisa menangkap pelajaran terutama anak yang duduk di
sekolah dasar kadang-kadang bukan karena tidak mampu tetapi setelah di adakan
pemeriksaan terhadap anak ini ternyata ia kurang baik pendengarannya dan
mengakibatkan anak tersebut kurang lancar dalam berbicara karena daya
pendengarannya kurang.
Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pendengaran
atau penglihatan, pihak guru seharusnya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk
memperoleh bantuan pemeriksaan rutin dari dinas-dinas kesehatan setempat. Bagaimana
pun, daya pendengaran dan penglihatan anak yang rendah akan menyulitkan sensory register dalam menyerap
item-item informasi yang bersifat echoic
dan econic ( gema dan citra ).
Akibat
negatif selanjutnya adalah terhambatnya information
processing yang di lakukan oleh sistem memori anak tersebut.
b. Faktor
Psikis
Banyak
faktor yang termasuk aspek psikis yang bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran. Di anatara begitu banyak faktor psikis, yang paling
banyak atau paling di soroti pada saat ini adalah sebagai berikut :
a.) Faktor
intelegensi atau kemampuan
Pada dasarnya manusia
itu berbeda satu sama lain. Salah satu perbedaan itu adalah dalam hal kemampuan
atau intelegensi. Kenyataan ini menunjukkan, ada orang yang di karuniai
kemampuan tinggi sehingga mudah mempelajari sesuatu. Dan sebaliknya, ada orang
yang kemampuannya kurang sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu.
Dengan demikian, perbedaan dalam mempelajari sesuatu di sebabkan oleh perbedaan
pada taraf kemampuannya. Kemampuan ini
penting untuk mempelajari sesuatu.
b.) Faktor
perhatian dan minat
Bagi seorang anak,
mempelajari suatu hal yang menarik perhatian akan lebih mudah di terima dari
pada mempelajari hal yang tidak menarik perhatian. Dalam penyajian pelajaran
pun hal ini tidak bisa di abaikan terutama anak kecil. Anak-anak akan tertarik
pada hal-hal yang baru dan menyenangkan.
Dalam hal minat, tentu
saja seseorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan lebih mudah
mempelajari bidang tersebut. Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
c.) Faktor
bakat
Pada dasranya, bakat
itu mirip dengan intelegensi. Itu lah sebabnya seorang anak yang memiliki
intelegensi sangat cerdas ( superior ) atau cerdas luar biasa ( very superior )
di sebut juga sebagai talented child,
yakni anak berbakat.
Bakat setiap orang itu
berbeda-beda. Seorang anak yang berbakat musik akan lebih cepat mempelajari
musik tersebut. Orang tua terkadang kurang memperhatikan faktor bakat ini,
sehingga mereka memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkn anaknya pada bidang
keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang di miliki anaknya
itu. Pemaksaan kehendak tersebut tentu saja akan berpengaruh buruk terhadap
prestasi anak yang bersangkutan.
d.) Faktor
motivasi
Motivasi adalah keadaan
internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar
merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi menegang peranan
pula. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal maupun
yang bersifat eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya anak dalam
melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran, baik di sekolah maupun
di rumah.
Jika guru atau orang
tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, timbullah dalam diri
anak-anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak bisa menyadari
apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak di capai dengan pelajaran itu
jika ia di beri perangsang atau motiasi yang baik dan sesuai.
e.) Faktor
kematangan
Kematangan adalah
tingkat perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga sudah berfungsi
sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat
menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila di
lakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu. Kematangan ini erat
sekali hubungannyadengan masalah minat dan kebutuhan anak.
f.) Faktor
kepribadian
Faktor kepribadian
seseorang turut memegang peranan dalam belajar. Orang tua kadang melupakan
faktor ini, yaitu bahwa anak adalah makhluk kecil yang memiliki kepribadian
sendiri. Jadi, faktor kepribadian anak mempengaruhi keadaan anak. Fase
perkembangan seorang anak tdak selalu sama. Dalam proses pembentukan
kepribadian ini, ada beberapa fase yang harus di lalui. Seorang anak yang belum
mencapai fase tertentu akan mengalami kesulitan jika ia di paksa melakukan
hal-hal yang terjadi pada fase berikutnya. Anak yang memasuki fase sekolah sudah
mulai tertarik pada hal-hal yang baru dan dapat melepsakan diri dari orang tua
dalam waktu yang terbatas tanpa menyebabkan ketegangan bagi si anak.
2. Faktor
Eksogen, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Yang meliputi :
a. Faktor
Keluarga
Menurut
pandangan sosiologis, keluarga adalah lembaga sosial terkecil dari masyarakat.
Pengertian keluarga ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan bagian dari
masyarakat, bagian ini menentukan keseluruhan masyarakat. Kesejahteraan
masyarakat di tentukan oleh kesejahteraan keluarga . dan kesejahteraan
masyarakat mempunyai pengaruh ada kesejahteraan keluarga. Analisis ini
merupakan akibat logis dari pengertian keluarga dari sebagi sesuatu yang kecil
sebagai bagian dari sesuatu yang besar.
Dalam
hubungan dengan belajar, faktor keluarga tentu saja mempunyai peranan penting.
Keadaan keluarga akan sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam menjalin
proses belajarnya. Ada keluarga miskin, ada pula keluarga kaya. Ada keluarga
yang selalu di liputi suasana tentram dan damai tetapi ada pula yang
sebaliknya. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada
pula yang biasa-biasa saja. Kondisi dan suasana kelurga yang bermacam-macam ini
dengan sendirinya turut menentukan bagaimana dan sampai di mana hakikat belajar
di alami dan di capai oleh anak-anak. Termasuk dalam faktor keluarga ini,
tersedia tidaknya berbagai fasilitas yang di perlukandalam proses belajar anak.
Faktor
keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar dapat di
bagi menjadi tiga aspek yaitu sebagai berikut :
a.) Kondisi
ekonomi keluarga
Faktor ekonomi sangat
besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Keharmonisan
hubungan antara orang tua dan anak kadang-kadang tidak terlepas dari faktor
ekonomi ini. Begitu pula faktor keberhasilan seorang anak.
Pada keluarga yang
kondisi ekonominya relatif kurang, boleh jadi penyebab anak kekurangan gizi,
dan kebutuhan-kebutuhan anak mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain itu, faktor
kekurangan ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram yang pada gilirannya
menyebabkan hilangnya kegairahan anak untuk belajar. Namun, hal ini sebetulnya
bukan sesuatu yang mutlak, terkadang faktor kesulitan ekonomi ini justru bisa
menjadi cambuk atau pendorong bagi anak untuk lebih berhasil. Sebaliknya, bukan
berarti pula keadaan ekonomi yang berlebihan tidak akan menyebabkan kesulitan
belajar. Pada tingkat ekonomi yang berlebihan, yang biasanya menjadi alat untuk
memenuhi semua kebutuhan anak, bukan tidak mungkin bisa menyebabkan
berkurangnya perhatian terhadap kegiatan belajar, karena perhatian anak justru
lebih tertuju pada aspek kesenangan. Misalnya dengan terlalu seringnya
mengunjungi tempat-tempat hiburan, atau karena sebagian besar waktunya habis
untuk bermain dengan alat-alat permainan yang beraneka ragam.
b.) Hubungan
emosional orang tua dan anak
Hubungan emosional
antara orang tua dana anak juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar anak.
Dalam suasana rumah yang selalu rebut dengan pertengkaran akan mengakibatkan
terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak, sehingga anak tidak bisa belajar
dengan baik. Hubungan orang tua dan anak yang di tandai oleh sikap acuh tak
acuh dapat pula menimbulkan reaksi frustasi pada anak. Orang tua yang terlalu
keras pada anak dapat menyebabkan jauhnya hubungan mereka yang pada gilirannya
menghambat proses belajar. Sebaliknya, hubungan anak dan orang tua terlalu
dekat misalnya, ke mana pun orang tua pergi anak selalu lekat berada di samping
kadang pula mengakibatkan anaka menjadi selalu bergantung.
c.) Cara
orang tua mendidik anak
Biasanya, setiap
keluarga mempunyai spesifikasi dalam mendidik. Ada keluarga yang menjalankan
cara-cara mendidik anaknya secara dictator militer, ada yang demokratis,
pendapat anak di terima oleh orang tua, tetapi ada juga yang acuh tak acuh
dengan pendapat setiap anggota keluarga. Ketiga cara ini, langsung atau tidak
langsung dapat berpengaruh pada proses belajar anak.
b. Faktor
Sekolah
Faktor
lingkungan sosial sekolah seperti para guru, pegawai administrasi dan
tema-teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seorang anak. Para guru
yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta memperlihatkan
suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar misalnya, rajin
membaca dan rajin berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
kegiatan belajar anak. Bimbingan yang baik dan sistematis dari guru terhadap
pelajar yang mendapat kesulitan-kesulitan dalam belajar, bisa membantu
kesuksesan anak dalam belajar.
Dalam
belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang
penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang di miliki guru dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada
anak didiknya bisa turut menetukan hasil belajar yang dapat di capai anak.
Selain
cara mengajar, faktor hubungan antara guru dan siswa juga ada pengaruhnya. Hal
ini dapat dengan jelas di lihat. Contoh misalnya, pada taman kanak-kanak
seorang anak yang dekat dan mengagumi guru akan lebih mudah mendengarkan dan
menangkap pelajaran di bandingkan dengan anak yang tidak senang terhadap
gurunya. Semua pelajaran merupakan hal yang memberatkan dan tidak menyenangkan
bagi seorang anak.
Faktor
lain yang membantu kesungguhan belajar anak di sekolah adalah faktor disiplin
sudah tentu anak-anak tidak akan serius dalam belajar sehingga mutu
pelajarannya akan menurun.
c. Faktor
Lingkungan Lain
Anak
yang di besarkan dalam lingkungan yang baik, memiliki intelegensi yang baik.
Bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya serta alat-alat
pelajarannya baik belum tentu pula menjamin anak belajar dengan baik. Masih ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Contoh misalnya, karena
jarak anatara rumah dan sekolah itu jauh, sehingga memerlukan kendaraan untuk
keperluan perjalanan yang relatif cukup lama dan ini dapat melelahkan anak yang
bisa berakibat pada proses dan hasil belajar anak.
Selain
itu, faktor teman bergaul dan aktifitas dalam masyarakat dapat pula
mempengaruhi kegiatan belajar anak. Aktifitas di luar sekolah memang baik untuk
membantu perkembangan seorang anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan
aktifitas di luar rumah dan di luar sekolah sementara ia kurang mampu membagi
waktu belajar dengan sendirinya aktifitas tersebut akan merugikan anak karena
kegiatan belajarnya menjadi terganggu.
B.
Metode
dan Efisiensi Belajar
Bagaimana pun, sejak manusia di lahirkan hingga
menjelang akhir hidupnya ia selalu menghadapi situasi saat ia harus memberi
tanggapan. Untuk itu, ia harus mempelajari berbagai hal sebagai berikut :
1. Metode
Belajar
Metode
belajar adalah cara yang teratur untuk mencapai maksud belajar. Dari sekian
banyak metode belajar yang di kemukakan para psikolog dan ahli pendidikan, kita
perlu mengetahui beberapa metode penting berikut :
a. Metode
SQ3R
Metode
SQ3R yaitu metode yang di rancang oleh pakar psikologi Francis P.Robinson (
1970 ). Nama tersebut merupakan kependekan dari ke lima tugas yang harus kita
hadapi atau kita lakukan yaitu :
a.) Survey
( menyelidiki )
Sebelum memulai
membaca, perhatikan judul dan rangkuman bab ( jika ada ) untuk menemukan
persoalan bab tersebut. Hal itu akan memberi anda kerangka berpikir yang bisa
di gunakan untuk mengatur bahan yang anda baca. Sebelum melanjutkan langkah
berikutnya pastikan bahwa anda mengerti tujuan bab itu apa yang hendak di
ajarkan. Melakukan penyelidikan sebaiknya tidak memakan waktu lebih dari satu
menit. Dengan mempunya gambaran mengenai pokok-pokok yang akan di pelajari,
anda akan dapat membaca bab itu dengan lebih cepat dan juga pokok-pokok itu akan
bisa di hubungkan satu sama lain dengan baik.
b.) Question
( bertanya )
Sekarang, lihat kembali
juduk bab. Ubah menjadi pertanyaan dan tulislah pertanyaan tersebut. Contoh
misalnya, “Pendiri Psikologi Modern “ dan sub judul pertamanya adalah “ Sigmund
Freud “. Pertanyannya di harapkan “ Ide apakah yang di sumbangkan Frued pada
Psikologi ?”. Dengan merumuskan pertanyaan ini, anda menigkatkan keingintahuan
anda dan mengubah pembacaan anda menjadi tugas yang bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
c.) Read
( membaca )
Bacalah bagian bab di
bawah sub judul tersebut untuk mencari jawaban pertanyaan anda. Dengan cara
ini, anda harus menggali bahan, aktif mencari hal-hal yang penting. Kunci tipe
membaca adalah selektif. Perhatian di pusatkan pada bahan yang paling penting.
Membaca hendaknya tidak merupakan suatu perbuatan yang pasif melainkan berupa
perbuatan aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang anda
buat.
d.) Recite
( menceritakan kembali )
Setelah menyelesaikan
bagian bab tersebut, jangan melihat buku dan
ceritakan kembali kepada anda sendiri melalui ingatan ( di ucapkan
dengan keras jika mungkin )jawaban pertanyaan anda. Gunakan kata-kata sendiri
dan beri contoh. Selanjutnya, buka kembali lembaran tempat anda menulis
pertanyaan dan buatlah jawaban dengan beberapa kata kunci. Paksakan untuk
membuat catatan sesingkat mungkin ( jika anda tidak dapa menjawab pertanyaan,
lihat kembali bahannya sehingga anda dapat menjawabnya ). Langkah menceritakan
kembali ini adalah sangat penting bagi “ pemasukan “ bahan tersebut ke dalam
otak.
e.) Review
( mengulangi )
Segera setelah
menyelesaikan bab ini, atau tugas harian di dalamnya simak sebentar catatan
ulangan tentang hal-hal yang penting dan simpulkan hubungannya satu dengan yang
lainnya. Pastikan anda mengerti arti di balik kata-kata kunci. Kemudian, untuk
tiap pertanyaan dan jawaban dalam catatan anda, tutup kata kunci anda, baca
pertanyaan-pertanyannya, berilah jawaban. Mengulang ini menolong anda tidak
cepat lupa, yaitu lupa apa yang baru saja di pelajari. Setelah itu ulangi bahan
tersebut secara berkala ( katakanlah, seminggu sekali ) agar terhindar dari lua
secara berangsur-angsur.
b. Metode
PQRST
Setelah
metode SQ3R, ada metode lain yang pokok isinya hampir sama yaitu metode PQRST.
Metode itu adalah :
a.) Preview
( menyelidiki )
Preview adalah suatu
langkah atau tahapan sebelum seseorang membaca sebuah buku. Penyelidikan ini
bisa di lakukan dengan membaca kalimat-kalimat awal atau kalimat-kalimat pokok
pada permulaan atau akhir suatu paragraph, atau pun ringkasan pada akhir suatu
bab. Jika ketiga hal tersebut tidak ada, anda dapat mempergunakan mata anda
untuk memeriksa setiap halaman dengan cepat, membaca satu dua kaliamat sehingga
di peroleh gambaran sekedarnya mengenai apa yang akan di baca.
b.) Question
( bertanya )
Pada tahapan question,
seperi ada metode SQ3R langkah yang pertama adalah bertanya. Jika pada akhir
suatu bab telah ada daftar pertanyaan yang di buat oleh pengarangnya daftar itu
sebaiknya di baca dahulu.
c.) Read
( membaca )
Di sini juga di
anjurkan membaca secara aktif, yaitu pikiran seseorang harus memberikan reaksi
terhadap apa yang di bacanya itu.
d.) State
( menyatakan )
Langkah selanjutnya
adalah mengucapkan dengan kata-kata sendiri yang sudah di baca.
e.) Test
( menguji )
Langkah terakhir ialah
menguji pikiran, apakah masih ingat akan hal-hal yang di baca itu. Di sini,
seseorang mengulangi pelajarannya itu sambil berusaha mengingat-ingat
pokok-pokok dalam pelajaran tersebut.
c. Metode
Quantum Learning
Bobbi
De Porter telah mengahbiskan pengalaman seumur hidup untuk membantu orang agar
menyadari potensi belajarnya dan menerjemahkannya menjadi buku mengagumkan yang
mudah di pahami. Metode ini meberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh
proses yang bisa menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, dan
menjadikan belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Quantum
Learning berasal dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan
Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang di sebutnya sebagai “ suggetology “ atau “ suggestopedia “. Prinsipnya adalah
sugesti dapat dan psti mempengaruhi hal situasi belajar dan setiap detail
apapun memberikan sugesti positif ataupun negative ( De Porter & Hernacki,
1999:14 ).
Teknik
yang di gunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid
secara nyaman, memasang musik latar di kelas, menigkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan sambil menonjolkan informasi dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Ada
dasarnya, Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program “ neurolinguistik “ ( NLP ), yaitu suatu
penelitian cara otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara
bahasa dan perilaku dan dapat di gunakan untuk menciptakan jalinan pengertian
antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui cara
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif.
Faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini
dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaikdari setiap orang
dan menciptakan pegangan dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
2. Efisiensi
Belajar
Efisiensi
belajar adalah sebuah pengertian atau konsepsi yang menggambarkan perbandingan
terbaik antara usaha dan hasil yang di capai ( Gie, 1972:5 ). Dengan demikian,
efisiensi sebagai perbandingan yang paling baik dapat di tinjau dari dua segi
yaitu:
a. Segi
Usaha Belajar
Suatu
kegiatan bisa di katakan efisiensi jika prestasi belajar yang di inginkan dapat
di capai dengan usaha yang minimal. Pengertian usaha di sini meliputi segala
sesuatu yang di gunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan seperti
tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar dan lain-lain yang relevan dengan
kegiatan belajar.
b. Segi
Hasil Belajar
Suatu
kegiatan belajar di katakan efisiensi jika usaha belajar tertentu memberikan
prestasi belajar yang tinggi. Menentukan cara-cara belajar yang baik, dalam
arti yang efektif dan efisien bukanlah hal yang mudah. Banyak eksperimen telah
di lakukan oleh para ahli psikologi. Dari sekian banyak penelitian dan
percobaan yang di lakukan, sekian banyak pula jawaban yang di kemukakan. Akan
tetapi di antara berbagai jawaban yang heterogen tersebut terdaat pula beberapa
cara, teknik atau metode yang bersifat umum yang dapat kita pergunakan sebagai
pegangan.
Untuk
membuat belajar lebih efektif, Udai Pareek ( 1996 ) mengemukakan enam langkah
berikut :
a.) Pemerolehan
masukan baru berkenaan dengan pegetahuan dan pengertian ( kognitif ) atau suatu
kegiatan fisik atau motorik atau suatu perilaku baru ( termasuk sikap dan nilai
). Jika proses ini berjalan dengan cepat, belajar efektif.
b.) Pengasimilasian
masukan baru itu. Masukan tersebut tidak saja harus di peroleh dengan cepat,
tetapi harus di tahan dalam diri seseorang untuk waktu yang lama. Jika apa yang
di peroleh itu tidak lama di tahan dalam diri orang itu, cara belajar itu tudak
efektif.
c.) Belajar
bukanlah proses pengumpulan berbagai masukan. Jika masukan-masukan ini di
lepas, bergantung bebas satu sama lain, orang hanya bertindak sebagai suatu
wadah yang pasif untuk pengetahuan, keterampilan motorik atau perilaku. Hal ini
mungkin sering terjadi. Masukan-masukan baru itu di peroleh dari sistem luar.
Akan tetapi setelah masukan itu di asimilasikan, mereka hendaknya jangan tetap
asing. Mereka harus menjadi bagian dari kepribadian orang, gaya hidup dan dunia
psikologinya. Internisasi juga berarti bahwa mengubah masukan-masukan itu
sesuai dengan sistem psikologis dan sistem kognitif orang itu lalu
mengintergrasikannya.
d.) Setelah
masukan-masukan yang di peroleh itu di internisasikan dapat di pergunakan
secara efektif jika di perlukan. Jika apa yang di pelajari hanya di jadikan
hiasan belaka dan tidak di gunakan secara efektif, belajar tidak dapat di
katakana efektif.
e.) Penggunaan
pelajaran secara efektif juga berarti
kreatifitas. Belajar harus mempunyai nilai “ keluwesan “. Apa yang telah di
pelajari di satu bidang harus dapat di terapkan dan di gunakan di bidang lain.
Ini juga merupakan konsepsi dalam internisasi.
f.) Belajar
hendaknya menambah kemampuan orang untuk lebih banyak belajar sendiri. Hal ini
memang terjadi dalam belajar yang efektif. Setelah anak kecil belajar berjalan
beberapa langkah, ia lalu belajar sendiri jalan lebih jau dan memperoleh
keseimbangan. Demikian pula belajar semula dalam bidang tertentu memungkinkan
seseorang mengatur pelajaran selanjutnya sendiri. Tanpa belajar sendiri seperti
itu, pertumbuhan orang akan terbatas dan bergantung pada sumber daya dari luar.
Jadi, manajemen belajar di gunakan untuk menjamin bahwa belajar terjadi cepat,
di pertahankan, di internkan, dan di gunakan secara efektif, menimbulkan
pengembangan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan untuk belajar sendiri.
C.
Hubungan
Belajar dengan Menghafal dan Ingatan
Menurut pandangan psikologi kuno, belajar di
tafsirkan sebagai menghafal ( Effendi & Praja, 1993 ). Oleh karena itu,
belajar di lakukan semata-mata dengan menghafal. Hasil belajar di tandai dengan
hafalnya seseorang tentang materi yang di pelajarinya.
Belajar dan menghafal terdapat hubungan timbal
balik. Namun, belajar dalam arti sesungguhnya sebenarnya berbeda dengan
menghafal. Menghafal hanya merupakan sebagian dari kegiatan belajar secara
keseluruhan. Persamaannya adalah keduanya menyebabkan perubahan dalam diri
individu.
Menghafal erat hubungannya dengan proses mengingat,
yaitu proses untuk menerima, menyimpan dan memproduksikan tanggapan-tanggapan
yang telah di perolehnya melalui pengamatan. Menghafal adalah kemampuan untuk
memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara cepat dan tepat
sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang di terimanya.
Dalam menghafal, aspk perubahannya terbatas dalam
kemampuan menyimpan dan memproduksikan tanggapan. Adapun dalam belajar,
perubahan itu tidak saja dalam hal kemampuan tersebut namun juga meliputi
perubahan tingkah laku lainnya, seperti sikap, pengertian, skills dan
sebagainya. Dengan demikian, belajar akan berhasil dengan baik jika di sertai
dengan kemampuan menghafal.
Sementara
itu, sekalipun dalam belajar kita menuju pengertian tidak dapat kita abaikan
peranan ingatan dalam hal ini. Bahkan, apa yang kita mengerti, apa yang kita
alami,sendiri itu mudah kita ingat dan sulit kita lupakan.
Dengan demikian, jelas antara proses-prose belajar
dan ingatan terdapat hubungan yang erat. Tidak mungkin kita dapat mempelajari
sesuatu tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau fungsi
psikis. Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang di pelajari adalah
nonsens, tidak ada artinya. Dengan belajar, kita bermaksud mendapatkan sesuatu
ini tidak mungkin tanpa pertolongan ingatan. Ingatan yang kaya dan kuat sangat
berjasa sekali dalam proses belajar.
Proses belajar kita ketahui mempunyai hubungan yang
erat dengan pengertian perubahan. Berbagai perubahan ini di alami secara
setapak demi setapak yaitu suatu rangsangan di persepsikan kemudian di ingat
atau di camkan baru kemudian menginjak tahap berikutnya, yaitu latihan.
Kadang-kadang tanpa berlatih, terjadi proses pencaman. Contoh misalnya suatu
rangsang itu sangat berkesan. Dengan proses yang sifatnya berurutan ini, kita
dapat mempelajari sesuatu secara keseluruhan.
Manusia sebagai pribadi tidak saja di kenai oleh
pengaruh-pengaruh dan proses-proses pada waktu ini atau yang akan datang saja
tetapi di kenai pula oleh sesuatu yang
pernah di alami oleh pengalaman-pengalaman yang tertinggal pada dirinya dan
memungkinkan untuk mengaktifkan kembali.
Mengaktifkan kembali segala apa yang pernah di alami
atau di amati, sebenarnya bergantung dari fungsi-fungsi ingatan pada diri kita.
Tertinggalnya jejak-jejak ingatan ini dalam kesadaran kita adalah hakikat dari
fungsi ingatan. Dengan demikian, sebenarnya ingatan meliputi di perolehnya
kesan-kesan ( impression ) dan pengalaman-pengalaman kemudian pencaman
kesan-kesan ini dan akhirnya mengeluarkan kembali dalam kesadaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1.
Faktor yang
membengaruhi belajar itu ada dua yaitu : faktor endogen dan faktor eksogen.
2. Metode
belajar ada tiga yaitu : metode SQ3R dan metode PQRST, dan metode Quantum
Learning, sedangkan efisiensi belajar ada dua yaitu : dari segi usaha belajar
dan dari segi hasil belajar.
3. Hubungan
belajar dengan menghafal dan ingatan yaitu Belajar dan menghafal terdapat hubungan timbal
balik. Namun, belajar dalam arti sesungguhnya sebenarnya berbeda dengan
menghafal. Menghafal hanya merupakan sebagian dari kegiatan belajar secara
keseluruhan. Persamaannya adalah keduanya menyebabkan perubahan dalam diri
individu.
B.
Kritik
dan Saran
Dalam
makalah kami ini kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna seperti apa
yang bapak dan teman-teman harapan. Untuk itu, jika terdapat kesalahan atau
kekeliruan penulis sangat berharap kritikan dan saran-sarannya dari teman-teman
sekalian dan semoga kritik dan saran dari teman-teman sekalian dapat membangun
motivasi kami dalam penulisan makalah yang akan datang. Dan kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur,
Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan
Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Sarwono,
Wirawan. 2005. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Winarno,
Akhmad. 2009. Cara Belajar Terbaik. Jakarta: Grasindo.
Suryabrata,
Sumadi. 2009. Psikologi Pendidikan., Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ahmadi, Abu dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Bineka Cipta.
Comments
Post a Comment