Syari’at, Tarekat, Hakikat dan Ma’rifat
Syari’at,
Tarekat, Hakikat dan Ma’rifat
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akhlaq Tasawuf

Disusun
Oleh :
Atik Muhyati
Ayu Ernawati
M. Alfan Nur R
Dosen pembimbing:
Bapak Khoirul Umam,, M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS
HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG-JOMBANG
JAWA TIMUR
2014
BAB
1
PENDAHULUAN
Akhlak tasawuf adalah merupakan salah satu hasanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhammad SAW adalah untuk menyampyaikan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat
bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW itu dijadikan contoh dalam kehidupan diberbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya dunia dan akhirat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Maqamat sebagai tahapan-tahapan spiritual
Secara
Harfiah maqamat berasal dari bahasa arab yang mempunyai tempat berdiri
atau pangkal mulia. Akan tetapi pada kelanjutannya oleh kalangan sufisme
diartikan sebagai jalan yang sangat jauh yang harus ditempuh dalam rangka
mendekatkan diri mendekatkan kepada Allah. Dalam bahasa inggris maqamat dikenal
dengan Stages yang berarti tangga.
Berkaitan dengan pembahasan ini maqamat yamg akan
diuraikan ialah yang telah disepakati oleh ulama’ sufi. Yakni al-zuhud,
al-taubah, wara’, kefakiran, sabar, tawakkal.
1.Al-Zuhud
Secara harfiah al-zuhud berarti tudak ingin kepada sesuatu
yang bersifat keduniawian. Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat
penting dalam rangka mengendalikan diri pengaruh kehidupan dunia. Orang yang
zuhud lebih mengutamakan atau mengajar kebahagiaan hidu di akhirat yang kekel
dan abadi, daripada mengejar kehidupan dunia yang fana dan sepintas lalu.
menurut al-Sarrajada tiga kelompok zuhud :
- Kelompok pemula (mubtadiin), mereka adalah orang-orang yang kosong tangannya dari harta milik, dan juga kosong kalbunya.
- Kelompok para ahli hakikat tentang zuhud (mutahaqqiqun fi al-zuhd). Kelompok ini dinyatakan sebagai orang-orang yang meninggalkan kesenangan-kesenangan jiwa dari apa-apa yang ada di dunia ini, baik itu berupa pujian dan penghormatan dari manusia.
- Kelompok yang mengetahui dan meyakini bahwa apapun yang ada di dunia ini adalah halal bagi mereka, namun yakin bahwa harta milikt idak membuat mereka jauh dari Allah dan tidak mengurangi sedikitpun kedudukan mereka, semuanya semata-mata karena Allah.
Berkenaan dengan keadaan demikian
itu maka timbullah sikap zahid. Para zahid kufahlah yang pertama kali memakai
pakaian kasar sebagai reaksi terhadap pakain sutra yang dipakai golonagn
mu’awiyah.
2.Al-taubah
Berasal dari bahasa arab taba,
yatubu, tauban yang artinya kembali. Sedangkat taubat yang dimaksud kalangan sufi
adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang
sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai
dengan melkukan amal kebajikan.
3.Al-wara’
Secara harfiah al-wara’ artinya sholeh, menjauhkan diri dari
perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhkan hal-hal yang
tidak baik. Dan pengertian sufi al-wara adalah meninggalkan segala yang di
dlamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (syubhat).
Kaum sufi menyadri benar bahwa setiap makanan,
minuman,pakaian,dan yang sebagainyayang haram dapt memberi pengaruh bagi orang
yang memakan, meminum atau memakainya.orang yang demikian akan keras hati sulit
mendapatkan hidayah dan ilham dari Tuhan.
4.Kefakiran
Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat,butuh atau orang
miskin.sedangkan dengan pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari
apa yang ada pada diri kita.
5.Sabar
Secarah harfiah sabar berarti tabah hati.dikalangan para
sufi sabar diartikan sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah, dalam
menjuhi segala laranganNyadan dalam menerima segala percobaan yang
ditimpahkanya dalam diri kita.
6.Tawakkal
Secara Harfiah tawakkal berarti
menyerahkan diri dari qodo’ dan keputusan Allah.
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Artinya: “... dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman bertawakal.(QS.At Taubah [9} :
51)
7.Kerelaan.
Secara harfiah ridho artinya
rela,suka,snang.Menurut harun nasution Ridho berarti tidakberusaha,tidak
menentang qodo’ Tuhan.Beberapa sikap yang termasuk dalam maqamat itusebenarnya merupaka akhlak yang mulia
semua itu dilakukan oleh sufi setelah lebih dahulumembersihkan dirinya dengan
bertaubat dan menghasinya dengan akhlak mulia.
B.
Ahwal sebagai capaian-capaian kualitas spiritual
Ahwal adalah bentuk jamak dari “Hal” yang berarti
keadaan mental seperti perasaan senang,
sedih, takut dan sebagainya. Hal yang biasa disebut Ahwal ialah takut(
Khauf) rendah hati (al-Tawadlu) patuh(taqwa)
ikhlas (al-ikhlas) rasa berteman (al-Uns) gembira hati( Al-Wajd)
berterima kasih ( Al-Syukr). Raja’ , syauq dan
mahabbah.Hal sangat berlainan dengan maqam, karena maqam sebagai proses
untuk mendekatkan diri kepada tuhan dengan cara perjuangan melawan
hawa nafsunya yang sangat terjal, sedangkan ahwal merupakan sebuah
fadhal (keutamaan) yang diberikan Tuhan dengan cara spontan tanpa adanya
proses. Imam al-Ghazali mengatakan apabila seseorang sudah menetap dalam suatu
maqam maka ia akan memperoleh perasaan
tertentu, itulah yang disebut Ahwal.
C.Pengertian ma’rifat,tujuan dan
kedudukannya
Ma’riafah berasal dari bahsa arab yakni arafa, ya’rifu,
irfan , ma’rifat yang berarti pengetahuan atau pengalaman. Ma’ rifah adalah pengetahuan yang obyeknya bukan pada
hal-hal yang bersifat dzohir tapi lebih
mendalam terhadap batinnyadengan
mengetahui rahasianya.
Tujuan
yangingin dicapai ma’ifah adalah mengetahui rahasia-rahasia yang terdapat dalam
diri tuhan.
Dengan demikian, kelihatannya yang
lebih dapat dipahami bahwa ma’rifah datang sesudah mahabb ah sesuai yang dikemukakan oleh Al
kalabazi disebabkan karena ma’rifah
lebih mengacuh kepada
pengetahuan,sedangkan mahabbah mengagambarkan
kecintaan.
D.
Alat untuk mencapai ma’rifah
Alat
yang dapatdigunakan untukma’rifah telah ada dalam diri manusia, yaitu qolbu
(hati) , namun artinya tidak sama dengan heart dalam bahsa inggris
karena qolbu selain dari alat untuk merasa juga untuk alat berpikir. Bedanya
Qolbu dengan akal ialah bahwa akal tidak bisa memmperoleh pengetahuan yang
sebenarnnya tentang Tuhan, sedangkan qolbu mengetahui tentang hakikat dari
segala yang ada dan jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia
Tuhan . Qolbu yang telah dibersihkan dari segala dosa dan maksiat melalui serangkai dzikir dan wirit
secara teratur akan dapat mengetahui-mengetahui rahasia-rahsia Tuhan.
E.Pengertian
Mahabbah, Tujuan dan kedudukannya
Kata mahabah berasal dari
kata ahabah,yahibu,wahabatan yang secara
harfiah berarti mencintai
secara mendalam, atau kecintaan
atau cinta yang
mendalam. Dalam mu’jam al- falsafi ,Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari
al-baghd, yakni cinta lawan dari benci.
Dengan urauian tersebut kita dapat
memperoleh pemahaman bahwa mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai
Tuhan sepenuh hati, sehingga sifat-sifat yang dicintai Tuhan masuk dalam diri
yang dicintai. Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit
dilukiskan dengan kata-kata,tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa.
Mengenai kedudukan mahabbah dalam
tasawuf, mahabbah memiliki kedudukan lebih tinggi daripada ma’rifah.
F.Alat
untuk mencapai mahabbah
Para
Ahli Tasawuf berpendapat bahw a alat
untuk mencapai mahabbah adalah Roh,yaitu
roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat ,serta dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu ,
melainkan hanya diisi dengan cinta kepada Tuhan.
Roh
yang digunakan untuk mencintai Tuhan itu
telah dianugerahkan tuhan kepada manusia sejak kehidupannya dalam kandunganya
ketika umur empat bulan. Dengan demikian, alat untuk mahabbah itu sebenarnya telah diberikan Tuhan .
Manusia tidak tahu sebenaarnya hakikat roh itu.yang mengetahui adalah Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.Secara Harfiah maqamat berasal dari bahasa arab yang
mempunyai tempat berdiri atau pangkal mulia.
2.Secara harfiah al-zuhud berarti tudak ingin kepada sesuatu
yang bersifat keduniawian. Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat
penting dalam rangka mengendalikan diri pengaruh kehidupan dunia.
3.Taubah berasal dari bahasa arab taba, yatubu, tauban yang
artinya kembali.
4.Secara
harfiah al-wara’ artinya sholeh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
5.Secara harfiah diartikan sebagai orang yang berhajat,butuh atau orang
miskin.sedangkan dengan pandangan sufi
fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang ada pada diri kita.
6.Secarah harfiah sabar berarti tabah hati.dikalangan para sufi sabar diartikan sabar dalam
menjalankan perintah-perintah Allah, dalam menjuhi segala laranganNya dan dalam
menerima segala percobaan yang ditimpahkanya dalam diri kita.
7.Secara harfiah ridho artnya
rela,suka,snang.Menurut harun nasution Ridho berarti tidakberusaha,tidak
menentang qodo’ Tuhan.
8.Ahwal
adalah bentuk jamak dari “Hal” yang
berarti keadaan mental seperti perasaan
senang, sedih, takut dan sebagainya.
9.Ma’riafah
berasal dari bahsa arab yakni arafa, ya’rifu, irfan , ma’rifat yang
berarti pengetahuan atau pengalaman. Ma’ rifah
adalah pengetahuan yang obyeknya
bukan pada hal-hal yang bersifat dzohir
tapi lebih mendalam terhadap batinnya
dengan mengetahui rahasianya.
10.Alat yang dapat digunakan untukma’rifah telah ada
dalam diri manusia, yaitu qolbu (hati) , namun artinya tidak sama dengan heart
dalam bahsa inggris karena qolbu selain dari alat untuk merasa juga untuk alat
berpikir.
11.Kata mahabah
berasal dari kata
ahabah,yahibu,wahabatan yang secara
harfiah berarti mencintai
secara mendalam, atau kecintaan
atau cinta yang
mendalam.
12.Para Ahli Tasawuf
berpendapat bahw a alat untuk
mencapai mahabbah adalah Roh,yaitu
roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat ,serta dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu ,
melainkan hanya diisi dengan cinta kepada Tuhan.
B.
Saran dan Kritik
Kami
Harapkan bagi pembaca mengutarakan kritik dan sarannya gunany membangun
kualiatas diri kami suatu saat nanti agar dapat lebibi lagi dalam membuat
makalah atau semacam karya tulisan lainnya.
C.Pesan
Penulis
Mohon maaf yang
sebesar-besarnya atas semua kekurangan penulian maklah in entah dari penggunaan
bahasa,EYD,sistematik,tampiln serta bahasn yang kuranga menarik. Mohon
maaf,teima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2014. AkhlakTasawufdanKarakterMulia. Jakarta:
RajawaliPers
Comments
Post a Comment