LAPANGAN PENYELIDIKAN FILSAFAT
LAPANGAN
PENYELIDIKAN FILSAFAT
MAKALAH
Di
ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat yang Di bina Oleh
Bpk. Abdullah Faqih, M.Ag.
Kelompok
4 :
Achyat
Safir Rudin 1493044088
Lutfi
Khoirunnisa 1493044064
Purwanto
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS
HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengkajian
mendalam dan sistematis terhadap ilmu, kriteria-keriteria dalam perolehanya
dengan keterbatasan-keterbatasan serta cara menjustifikasi ilmu tersebut,
dikenal dengan nama “epistemologi”[1].
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti ‘pengetahuan’ (knowladge) dan
logos yang berarti ‘ilmu’. Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat
yang membahas mengenai ilmu, sehingga epistemologi dikenal dengan nama filsafat
ilmu atau teori ilmu.
Dari
situ apa itu ilmu pengetahuan ? dan apa itu filsafat?, bagai mana memetakan
ilmu tersebut serta bagaimana perolehanya. Maka dari situlah penulis membuat
makalah yang berjudul “lapangan penyelidikan filsafat”. Dalam hal ini penulis
akan membahas tentang lapangan yang menjadi penyelidikan filsafat, dan mengenai beberapa cabang-cabangnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja lapangan penyelidikan filsafat?
2. Apa saja cabang-cabang filsafat?
C. Tujuan
1. Mengetahui lapangan penyelidikan
filsafat.
2. Mengetahui cabang-cabang filsafat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Lapangan penyelidikan filsafat
Filsafat
merupakan perenungan dari seorang filsuf
yang mungkin menggunakan metode-metode tertentu dalam melakukan
perenungan. Filsafat mempunyai makna yang banyak jumlahnya bagi pelbagai orang
dan pada pelbagai masa didalam sejarah manusia. Telah banyak defenisi yang
banyak di coba untuk dibuat dan banyak pula yang mencoba membatasi corak-corak
pertanyaan yang diajukan oleh seorang filsuf.
Selama sejarah peradaban Barat, filsaft dipandang meliputi setiap hal,
mulai dari sikap pribadi orang terhadap dunia disekitarnya sampai dengan
seluruh jumlah pengetahuan manusia.[2]
Beberapa
pendapat tentang devinisi pengetahuan, ilmu pengetahuan dan filsafat. Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti ‘pengetahuan’ (knowladge) dan
logos yang berarti ‘ilmu’.[3]
Selama sejarah pearadaban barat, filsafat dipandang meliputi setiap hal, mulai
dari sikap pribadi orang terhadap dinia di sekitarnya sampai dengan seluruh
jumlah pengetahuan manusia.
Menurut
Dr. M. J. Langeveld mengatakan bahwa pengetahuan adalah kesatuan subjek yang
mengetahui dengan objek yang diketahui. Sedangkan menurut James K. Feibleman merumuskan
sebagai berikut: knowledge: relation between object and subjek
(pengetahuan: hubungan antara objek dan subjek).[4]
Menurut
Karl Pearson ilmu pengetahuan ialah lukisan atau keterangan yang lengkap dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana / sedikit
mungkin. Sedangkan menurut Ralph Ross mengatakan bahwa ilmu ialah yang empiris,
yang rasional, yang umum dan bertimbun bersusun: dan keempat-empatnya serentak.[5]
Jadi
ilmu pengetahuan adalah usaha pemahaman manusia yang di susun dalam satu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian bagian dan hukum hukum tentang
hal yang diselidiki (alam, agama, dan manusia) sejauh yang dapat di jangkau
daya pikir yang dibantu indra manusia, ayng kebenaranya di uji secara empiris,
riset, dan experimentanl.[6]
Filsafat
adalah merupakan pemikiran yang sistematis. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)mengartikan filsafat sebagai berikut:[7]
1. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumnya.
2. Teori yang mendasari alam pikiran atau
suatu kegiatan.
3. Ilmu yang berintikan logika, estetika,
metafisika, dan epistemologi.
4. Falsafah.
Dewasa
ini ada yang hendak membatasi lingkup filsafat agar hanya berkisar pada
pertanyaan-pertanyaan tentang logika dan sintaksis. Sebaliknya menurut,
Hocking, filsafat diberi definisi:
“filsafat,
menurut pemahaman saya, pertama-tama merupakan suatu penelitian tentang
kepercayaan, yakni kepercayaan sebagai pemahaman yang kita hayati yang berbeda
dari paham yang kita pertimbangkan. Upaya mengadakan kritik berulang-ulang
terhadap pelbagai kepercayaan kita yang utama ini mendorong kita ke arah suatu
kepercayaan yang bersifat menyeluruh mengenai dunia kita hidup, sehingga
filsafat menjdai penafsiran yang bersiaft umum mengenai pengalaman. Melukiskan
pengalaman merupakan sebagian usaha kita, dan yang bertujuan untuk melukiskan
secara benar, satu penyelidikan yang keritis, yang logis dan tepat mengenai
kategori-kategori: tetapi melukiskan itu saja tidak cukup, kecuali jika
melukiskan itu juga berarti menjelaskan. Karena pada akhirnya keharusan untuk
memahami itulah yang mendorong kita ke
arah filsafat: dan apapun penafsiran manusia terhadap dunia, bagi mereka hal
itu merupakan ‘filsafat’, baik kita mengakuinya secara demikian maupun tidak”.[8]
Hal
ini membarikan kepada kita gambaran mengenai filsafat sebagai suatu percobaan.
Katakanlah, untuk keluar dan berada diatas dunia yang kita diami , serta
memandang dunia itu dari sudut pandangan yang lebih tinggi. Pandangan yang
demikian ini erat hubunganya dengan pandangan Spinoza yang berpendirian bahwa seorang
filusuf harus melihat segala hal ‘sub
specie aeternitatis’ yakni dari segi
keabadian.[9]
Tempat
kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan penyelidikan filsafat ilmu
yakni:
1.
Sifat
pengetahuan ilmiah, dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan
epistemologi yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat pengetahuan manusia dan
bentuk pengetahuan manusia.[10]
2.
Menyangkut
cara-cara mengusahakan untuk mencapai pengetahuan ilmiah. Ini berarti cara-cara
mengusahakan dan memperoleh pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan
logis dan metodologis serta urutan sebagai langkah dan unsur yang terdapat
dalam kegiatan ilmiah pada umumnya.[11]
yang
menjadi hal-hal dalam lapangan penyelidikan filsafat yakni yang membentuk
Epistemologi, Seperti:
1. Filsafat sebagai usaha untuk mengetahui
Orang-orang
yang berbeda pandanganya mengenai hakikat filsafat tetapi sering kali
sependapat dengan peranan dan nilai-nilanya.
Filsafat itu merupakan ilmu pengetahuan yang dengan cahara kodrati akal
budi mempelajari sebab-sebab yang menjadi terbentuknya ilmu pengetahuan.
Jacques
Maritain mengatakan.“filsafat bukanlah suatu kebijaksaan’ mengenai tingkalaku
atau kehiduapan praktik yang berupa perbuatan yang baik. Filsafat ialah suatu kebijaksaanan dan
sifatnya dan pada hakikatnya berupa usaha mengetahui. bagai mana caranya?
Mengetahu dalam arti yang paling penuh serta paling tegas, yaitu mengetahiu
dengan kepastian dan dapat menyatakan mengapa barang sesuatu itu seperti
keadannya dan tidak dapat lain dari pada itu. Artinya mengetahui
sebab-sebabnya.[12]
Menurut
John Dewey “ukuran pertma tentang nila
suatu filsafat yang dikemukakan kepada kita: apakah filsafat itu berakhir
dengan kesimpulan-kesimpulan yang jika kita dihubungkan kembali dengan
pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari
serta peristiwa-peristiwanya, menjadikan pengalaman-pengalaman serta
peristiwa-peristiwa itu bersifat lebih bermakna serta lebih jelas, dan
menyebabkan kita lebih berhasil dalam menanganinya”.[13]
2. Filsafat sebagai usaha penilaian
Menurut
Ducasse, filsafat adalah suatu usaha mencari pengetahuan dan pengetahuan yang
dicarinya ialah mengenai fakta-fakta yang dinamakan ‘penilaian’. Penilaian terjadi jika menggunakan kata-kata sifat,seperti baik dan
buruk,susila dan tidak susila, sehat dan khilaf, dapat dipercaya dan
mengkhayal, sah dan salah, dan sebagainnya. Dengan perkataan ini ia memandang
filsafat sebagai suatu usaha mencari makna yang kita berikan bila kita membuat
penilaian-penilaian tersebut.[14]
Dalam
ilmu pengetahuan yang menjadi sebuah nilai-nilai yang terkandung dilamnya
haruslah yang sesuai dengan apa yang ada dalam fakta-fakta yang dialami.
Seseorang bisa di katakan baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai perbuatan yang
dilakukanya dll.
3. filsafat melakukan analisis terhadap
pertanyaan
dari
pembahasan yang sudah di jelaskan sebelumnya berarti kita sudah siap untuk
mengetahui apa makna pertanyaan “ apakah flsafat itu?”. Dalam hal ini ada tiga
tafsiran yang menjelaskan hal ini yakni:
a. makna subjektif. Pertanyaan “apakah
filsafat itu?” dapat berarti,”Apakah makna filsafat menerut hemat saya?” Artinyapertanyaan
tersebut harus dipandang sebagai permintaan akan penjelasan tentang cara saya
menggunakan perkataan ‘filsafat’ bila
saya mengatakan sesuatui tentang filsafat. Dalam arti tertentu, hal ini sama
dengan apa yang dicoba oleh Ducasse untuk menerangkannya, yang bagaimanakah
pandangan orang tentang perkataan filsafat. Ditinjau dari sudut pandang
tertentu, setiap orang berhak untuk membuat defenisi mengenai suatu perkataan
seperti yang disukainya, asalkan untuk selanjutnya ia secara runtut memakai
perkataan tadi dalam makna seperti yang telah diberikannya.
b. Makna oprasional. Pertanyaan “ Apakah
filsafat itu?” mungkin juga berarti “Apakah sebenarnya yang merupakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para filsuf ketika berfilsafat?”Bagi saya
inilah kiranya yang dimaksudkan oleh Russell ketika ia mengawali bukunya yang
berjudul Filsafat dengan catatan sebagai berikut.
“Definisi ‘filsafat’ berbeda-beda sesuai
dengan filsafat yang kita trima. Satu-satunya hal yang dapat kita katakan untuk
memulainya ialah bahwa ada masalah-masalah tertentu yang menarik perhatian
orang –orang tertentu, yang setidak-tidaknya pada saat ini, tidak termasuk
dalam suatu ilmu pengetahuan yang khusus. Masalah-masalah ini semuanya demikian
rupa keadaannya sehingga menimbulkan keraguan-keraguan apa yang lazimnya
dianggap sebagai pengetahuan.dan jika keraguan harus diberi jawaban , maka ini
hanya dapat dilakukan dengan mengadakan penyelidikan yang khusus yang diberi
nama “filsafat”. Karena itu langkah yang pertama dalam membuat defenisi tentang
filsafat ialah menunjukan masalah-masalah serta keragu-raguan tersebut,yang
juga merupakan langkah pertama dalam penyelidikan sesungguhnya tentang
filsafat. Filsafat timbul dari usaha yang luar biasa gigihnya untuk mencapai pengetahuan
yang nyata”.
Jawaban
pertanyaa tadi merupakan suatu kajian terhadap penyelidikan filsafat ditinjau
dari sudut pandang pelbagai lapangan yang diliputinya dan masalah-masalah yang
timbul didalamnya. Ini tidak hanya mengharuskan umtuk penyelidikan yang
sistematis mengenai lapangan-lapangan filsafat,melainkan juga suatu
penyelidikan mengenai sejarah filsafat untuk menentukan lapangan-lapangan
tersebut.
c. Makna objektif
“ Apakah
filsafat itu?” dapat dinyatakan secara demikian. Filsafat dimanapun dijalankan
dan oleh siapapun diusahakan, mempunyai defenisi yang selalu sama. Pertanyaan
tersebut menghendaki defenisi terdalam tentang filsafat tanpa mengingat
bagaimana cara seseorang mungkin mendefenisikannya untuk maksud-maksud yang
ingin dicapainya sendiri. Dan pertanyaan tadi, diperlukan dalam arti yang sama
seperti pertanyaan, “Apakah segitiga itu?”.
Pertanyaan
tersebut mengandung pranggapan bahwa perkataan filsafat mempunyai makana yang
tetap, dan bahwa makna yang dikandungnya dapat ditemukan. Dalam hal ini, satu
hal yang dapat kita lakukan ialah menyebutkan lapangan-lapangan penyelidik
filsafat dan menunjukan beberapa diantara pertanyaan-pertanyaan pokok
dimasing-masing lapangan.
Dalam
pengertian ilmu pengetahuan dan filsafat apakah mempunyai persamaan dalam
lapangan penyelidikannya. Atau kah ada perbedaan juga di dalamnya. Dari sini
kita akan mengetahui persamaan dan perbedaan di dalamnya.
Persamaan
ilmu pengetahuan dan filsafat yaitu[15]:
1.
Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai ke akar-akarnya.
2.
Keduanya
memeberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang di alami, serta mewujudkan sebab-sebabnya.
3.
Keduanya
hendak memberikan sintesis, yakni suatu pandangan yang bergandengan.
4.
Keduanya
mempunyai metode dan sistem.
5.
Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya yang timbul dari
hasrat manusiam (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Sedangkan
Perbedaan antara ilmu pengetahuan dan filsafat yaitu[16]:
1.
Objek
material (lapangan) penyelidikan filsafat bersifat umum, kalo ilmu pengetahuan
bersifat khusus dan empiris.
2.
Objek
filsafat bersifat non fragmentaris, sebab mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada secara luar, mendalam, dan mendasar (sampai pada hakikat).
Ilmu pengetahuan objeknya bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif, juga bersifat teknis, artinya bahwa idea-idea
manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
3.
Filsafat
dilaksanakan dalam suasana menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan.
Sedangkan ilmu harus diadakan riset lewat pendekatan trial dan error.
Oleh sebab itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan
filsafat dia berasal dari nilai-nilainya.
4.
Filsafat
dengan pertanyaan yang lebih jauh dan mendalam berdasarkan pengalaman realita
sehari-hari. Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat diskursif, yakni mengunakan
secara logis, yang dinilai mulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5.
Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak dan mendalam sampai dasar,
yakni yang disebut hakekat. Sedangkan ilmu pengetauan menunjukkan sebab-sebab
yang tidak begitu mendalam/yang disebut yang sekundar(secoundary cause).
B. Cabang-cabang filsafat
Filsafat
secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu filsafat sistematis dan
sejarah filsafat.filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian
landasan pemikiran filsafat. Di dalamnya meliputi logika, metodologi,
epistemologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan
(teologi), filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat
sejarah, filsafat hokum, filsafat komunikasi, dan lain-lain.
Adapun
sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat di
sepanjang massa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern. Bagian ini meliputi
sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina, dan sejarah filsafat Islam.[17]
Dari
kesimpulan cabang-cabang di atas, maka berikut ini adalah penjelasanya:
1.
Logika. Nama
“logika” pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 SM), tetapi dalam
arti seni debat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 M) adalah
orang pertama yang mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang menyelidiki
lurus tidaknya pemikiran kita.Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang
menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus,
tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan, serta menerapkan
hokum-hukum yang harus ditepati.
2.
Epistemology
(Filsafat Pengetahuan). Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa
diartikan pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atai
teori. Epistemology secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang
benar, dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya
menjadi Theory of Knowledge.
3.
Filsafat
Ilmu. Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuanya
analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara-cara bagaimana pengetahuan ilmiyah
itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatianya filsafat
ilmu adalah proses penyelidikan ilmiyah itu sendiri.
4.
Etika
(Filsafat Moral). Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, yakni ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminology, etika adalah cabang
filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubunganya
dengan baik buruk.
5.
Estetika
(Filsafat Keindahan). Estetika berasal dari kata Yunani aestheis atau
pengamatan. Adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Objek dari
estetika adalah pengalaman akan keindahan.
6.
Metafisika.
Metafisika berasal dari bahasa Yunani, meta yang berarti
selain, sesudah atau sebalik, dan fisika yang berarti alam
nyata.maksudnya ilmu yang menyelidiki hakikat segala sesuatu dari alam nyata
dengan tidak tidak terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indrera
saja.
7.
Filsafat
Manusia. Titik tolak dalam filsafat manusia ialah bertolak dari pengetahuan dan
pengalaman manusia, serta dunia yang secara wajar ada pada setiap individu yang
dimiliki oleh semua orang secara bersama-sama, yang dari situlah ilmuwan
membangun ilmunya, sang seniman menciptakan karyanya, sang ahli sejarah
menelusuri waktu yang telah silam, dan ahli teologi menafsirkan sabda illahi.
8.
Filsafat
Sosial (Masalah Hukum dan Keadilan). Yang dimaksud filsafat social menurut
Gordon Graham adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyarakatan (society),
pemerintahan (goverment) dan Negara (State). Jadi jelaslah bahwa
masalah hukum dan keadilan, yang merupakan special pembahasan adalah aspek dari
filsafat social.
9.
Comologia
Yaitu filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah sebenarnya alam dan
bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini
ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak,
alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. Ada tidak mutlak, mungkin
ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu pada suatu masa.[18]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penyelidikan filsafat
atau ilmu pengetahuan harus berdasarkan riset atau pengalaman sehari-hari yang
di alami, dan untuk memperoleh sebuah
ilmu yang mengandung pengetahuan dan
mendasar atas ilmu pengetahuan tersebut.
Cabang dari filsafat sendiri sering kali
berkaitan dengan logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu,
etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan (teologi), filsafat manusia,
dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hokum, filsafat
komunikasi, dan lain-lain.
B. Saran
semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis, dan dalam hal ini
penulis membuka peluang bagi para pembaca untuk mengkritik makalah ini demi
kesempurnaan makalah ini. karna penulis sadar bahwa makalah ini belum sempurna.
Trimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Faisalmuh93.blogsport.com
Filsafat-unhi.blogsport.com
Husaini,
Adrian. 2013. Filsafat Ilmu Persepektif Barat dan Islam. Jakarta: Gema Insani.
Kattsoff,
Luis O. 2003. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana YogYa.
[1] .vincen, E. Hendrick. 2006. Mainstream and Formal Epistemology. Cambridge:
Cambridge University press.
[4] .
Filsafat-unhi.blogsport.com
[5] .Ibid.
[6] .ibid.
[7]
.perkuliahan-perkuliahan.blogsport.com.
[8] .
Kattsoff, Luis O. 2003. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana YogYa.
Hal, 63-64. Dari. W.E. Hocking,”what philosophys Is and Says”, pgilosophical
Review, XXXVII, hal, 140-55.
[9] .
Kattsoff, Luis O. 2003. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana YogYa.
Hal, 64.
[10] .
Faisalmuh93.blogsport.com.
[11] .ibid
[12] .
Kattsoff, Luis O. 2003. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana YogYa hal
65.
[13] Ibid hal
66
[14] .ibid.
hal, 66-67.
[15] .
Filsafat-unhi.blogsport.com
[16] .ibid.
Comments
Post a Comment