Teori Perkembangan Individu (Emosi dan Moral)




Teori Perkembangan Individu
(Emosi dan Moral)

            MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum

Di Bawah Bimbingan:
Bapak Abdullah Aminuddin Aziz, M.PdI


Disusun Oleh:
Luthfiyah                                ( 1493044037 )
Fitrotul Fauziyah                     ( 1493044097 )
Akhmad Masduqi                   ( 1493044085 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG, JAWA TIMUR
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, inayah serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Teori Perkembangan Individu (Emosi dan Moral)” tanpa halangan apapun.Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai teori perkembangan individu. Dalam makalah ini juga terdapat penjelasan yang lebih terperinci mengenai definisi dan teori-teori perkembangan individu.
Makalah ini dibuat dengan mengambil materi dari beberapa sumber dan bantuan dari berbagai  pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Hc. Ir. KH.Salahuddin Wahid, selaku rektor UNHASY.
2. Bapak Mu’at M.Pd.I, selaku dosen pembimbing kelac 1C PAI.
3.  Bapak Abdullah Aminuddin Aziz, M.PdI selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Umum.
Kami sebagai manusia biasa yang lemah tentunya mempunyai kekurangan.Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan disempurnakan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dan akan kami terima dengan lapang demi kesempurnaan makalah berikutnya.Atas kekurangan tersebut, kami mohon maaf, dan kami juga sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Aamin.
Tebuireng, November 2014

Penulis










ii
DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang..................................................................................................... 1  
B.    RumusanMasalah................................................................................................ 1  
C.    Tujuan................................................................................................................. 1  

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Emosi................................................................................................ 2  
B.    Teori-Teori Emosi................................................................................................ 3
C.    Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku........................................................ 5  
D.    Karakteristik perkembangan Emosi Remaja....................................................... 5  
E.    Macam-Macam Emosi......................................................................................... 6    
F.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembanagan Emosi Remaja................... 7  
G. Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya.................................. 7
H. Pengertian Moral.................................................................................................. 7
I. Teori-teori dalam Perkembangan Moral................................................................ 8
J. Karakteristik Nilai , Moral dan , Sikap Remaja..................................................... 8

BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan.......................................................................................................... 9  
B.  Saran.................................................................................................................... 9  

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 10



iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang
Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau psikis individu dalam lingkungan. Di dalam ilmu psikologi kita juga akan mempelajari materi kecerdasan atau disebut dengan Inteligensi. Kecerdasan adalah kemampuan seseoarang untuk memberikan suatu tanggapan yang baik terhadap suatu yang diterimanya.
Inteligensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem-problem manusia yang berhubungan dengan inteligensi. Dalam dunia pendidikanpun, inteligensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah-olah inteligensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan. Untuk mengetahui tentang apa itu intellgensi, akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.

B.     RumusanMasalah
1.      Apa yang dimaksud dengan emosi dan moral?
2.   Apa saja teori-teori mengenai emosi dan moral ?

C.    Tujuan
Makalah yang berjudul“Teori Pekembangan Individu (Emosi dan Moral)” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum.Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar kita mengetahui dan memahami apa yang dimaksud perkembangan individu itu. Dan juga mengetahui bagaimana perkembangan individu itu berpengaruh bagi kehidupan kita. Agar kita bisa memanfaatkan teori perkembangan individu itu dalam proses pembelajaran.





1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

1.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

2. Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.

3. Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour". Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.

4. Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang      emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b. Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat
c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.





2

3

Kematangan emosi (Wolman dalam Puspitasari, 2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.

a.       Menurut Kartono (1988) kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.

b.      Smith (1995) mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan karakteristik orang yang berkepribadian matang. Orang yang demikian mampu mengekspresikan rasa cinta dan takutnya secara cepat dan spontan. Sedangkan pribadi yang tidak matang memiliki kebiasaan menghambat perasaan- perasaannya. Sehingga dapat dikatakan pribadi yang matang dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan produktif. Senada dengan pendapat di atas Covey (dalam Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.

c.       Menurut pandangan Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.

B.     Teori-Teori Emosi

1.      Teori Emosi Dua~Faktor Schachter~Singer

“Teori Emosi Dua-Faktor” Schachter-Singer dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan.Menurut Schachter dan Singer, kita tidak merasa marah karena ketegangan otot kita, rahang kita bederak, denyut nadi kita menjadi cepat, dan sebagainya, tetapi karena kita secara umum jengkel, dan kita mempunyai berbagai kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan kita.
4

Teorinya begini. Ketika seseorang menghadapi kejadian yang membangkitkan emosi, umumnya pertama-tama ia akan mengalami gangguan fisiologis netral dan tidak jelas. Secara teoretis, yang terjadi kemudian bergantung apakah ia mengetahui mengapa ia merasa jengkel dan bagaimana perasaannya jika ia tidak yakin mengenai emosi apa yang dirasakannya, ia kemungkinan akan mencari jawabannya pada situasi yang mungkin membantunya memahami apa yang sedang dirasakannya. “Apa yang saya rasakan?” Ia bertanya pada dirinya sendiri tanpa sadar. “ Takutkah saya atau terkejut, marah , atau apa ?” Ia mencari jawabannya. Namun jika sejak awal ia menyadari apa yang mengganggu pikiran dan perasaan yang tengah dialaminya. Ia tidak harus mencari informasi tentang apa yang sedang terjadi, ia sudah tahu. Bagaimana pun halnya, menurut Schachter dan Singer, orang yang jengkel itu kemudian akan membentuk keyakinan tentang apa yang dirasakannya, dan kognisi ini akan membentuk kejengkelan umum yang tidak jelas menjadi suasana emosional tertentu.

2.      Teori Emosi James-Lange

Teori kedua dinamakan teori James-Lange. Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Jadi, kita senang karena kita meloncat-loncat setelah melihat pengumuman dan kita takut karena lari setelah melihat ular.
Menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar.
Emosi, menurut kedua ahli ini terjadi karena adanya perubahan pada sistem vasomotor (otot-otot) . Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan perubahan psikologis yang disebut emosi. Dengan kata lain, menurut James-Lange, seseorang bukan tertawa karena senang melainkan ia senang karena tertawa. James (1980, dalam Berkowitz, 1993) dalam sebuah tulisannya menjelaskan.

3.      Teori “Emergency” Cannon

Teori emosi yang ketiga dinamakan teori “emergency”. Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting, orang-orang primitive yang membuat respons semacam itu bisa survive dalam hidupnya.
Teori ini menyebutkan, emosi (sebagai pengalaman subjektif psikologik) timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenaline dialirkan dalam darah, dan sebagainya)
Teori ini mengatakan pula bahwa emosi dalah reaksi yang diberikan oleh organism dalam situasi emergency (darurat). Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonisme (fungsi yang bertentangan) antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang oranial dan sacral daripada susunan saraf otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatis aktif, saraf otonom nonaktif, dan begitu sebaliknya.
5


C.    Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku

Ada empat teori yang menjelaskan hubungan antara emosi dengan tingkah laku,yaitu:

a.       Teori Sentral
Menurut teori ini,gejala kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Teori ini dikemukakan oleh Walter B Canon(Mafhudh Salahudin,1986:264)

b.      Teori Peripheral
Menurut teori ini,bahwa gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang merupakan akibat dari emosi,yang dialami oleh individu itu,sebagai akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange(CP Chaplin.1989:264)

c.       Teori Kpribadian
Menurut teori ini,emosi merupakan suatu aktifitas pribadi,dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan jasmani.

d.      Teori kedaruratan Emosi (Emergeney Theoryof The Emotion)
Reori ini mengemukakan bahwa reaksi yang mendalam(visceral) dari kecepatan jantung yang semakin bertambah akan menambah cepatnya aliran darah menuju ke urat-urat, hambatan-hambatan pada pencernaan,pengembangan atau pemuaian pada kantung-kantung didalam paru-paru dan proses lainnya yang mencirikan secara khas keadaan emosional seseorang,kemudian menyiapkan organisme untuk melarikan diri atau untuk berkelahi,sesuai dengan penilaian terhadap situasi yang ada oleh kulit otak. Teori ini dikemukakan oleh Cannon (CP Ehaplin,1989:162)

D.    Karakteristik perkembangan Emosi Remaja

Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu sebagai berikut:

a.       Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.

b.      Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing,kurang perhatian dari orang lain,atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.




6


c.       Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja sering kali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar,baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya.

d.      Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai menunjukkan pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penus serta emosinya pun mulai stabil.

E.     Macam-Macam Emosi

a. Cinta / kasih sayang

Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.

b. Gembira

Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)oleh yang cintai.
kemarahan dan permusuhan

c. Rasa marah

Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.







7


d. Ketakutan dan Kecemasan

Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang Semarang atau masa depan yang tidak menentu.

F.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja

Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja,yaitu:
a.       Perubahan Jasmani
b.      Perubahan pola interaksi dengan orang tua
c.       Perubahan interaksi dengan teman sebaya
d.      Perubahan pandangan luar
e.       Perubahan interaksi dengan lingkungan sekolah

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar(Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak kemasa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional. Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa/keseluruhan latar belakang Pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.

G.    Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggara Pendidikan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar berkembang kearah kecerdasan antara lain dengan belajar mengembangkan:
a.       Keterampilan emosional
b.      Keterampilan kognitif
c.       Keterampilan prilaku

H.    Pengertian Moral

Istilah moral berasal dari kata "mores" (latin) yang artinya tata cara dalam kehidupan,adat istiadat atau kebiasaan(Gunarsa 1988:36)




8

I.       Teori-teori dalam Perkembangan Moral

1.      Teori Kohlberg, teori ini lebih mementingkan orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata
2.      Teori Piaget, teori ini lebih melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teori perkembangan intelektual. Seperti yang digambarkan melalui permainan.
3.      Teori of Mind, pemahaman bahwa orang lain memiliki kondisi mental yang  berbeda-beda dengan orang lain, seperti tentang hasrat, perasaan, dan lain-lain.

J.      Karakteristik nilai, moral dan sikap remaja.

Lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja menurut michael yaitu:

a. pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrae
b. keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
c. penilaian moral menjadi semakin kognitif
d. penilaian moral menjadi kurang egoistik
e. penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal

dalam penyelidikan yang dilakukan oleh kolhberg mengemukakan 6 tahap(stadium) perkembangan moral. Ada tinkat perkembangan moral menurut kolhberg, yaitu tingkat:

1. prakonvensional
2. konvensional
3. postkonvensional











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

     Emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Dalam upaya menjelaskan ihwal timbulnya gejala emosi, para ahli mengemukakan beberapa teori . Beberapa teori emosi yang terkenal diajukan oleh Schachter dan Singer dengan “Teori Emosi Dua-Faktor”-nya, James dan Lange yang terkenal dengan “Teori Emosi James-Lange”, serta Cannon dengan teori “Emergency”-nya.
      Sedangkan p
erkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Moral merupakan gambaran dari tidakan yang dilakukan oleh seorang individu, dimana tindakan tersebut dinilai baik atau buruk yang bertujuan mengendalikan tingkah laku seseorang. Dalam perkembangan moral terdapat tiga teori, yaitu Teori Kohlberg, Teori Piaget, dan Teori of Mind

B.     Saran

Berdasarkan beberapa pemaparan yang telah disampaikan di atas, diharapkan  pembaca dapat lebih memahami tentang perkembangan emosi dan moral terutama mengenai  berbagai teori yang telah disampaikan oleh pakar psikologi.Sehingga, pembaca dapat mengambil hal-hal positif darinya.









9

DAFTAR PUSTAKA

  Anonim.2010. Teori Perkembangan Moral Kohlberg. http://www.psikologizone.com/ ,diakses pada tanggal 14 Desember 2012
Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Jakarta : Pustaka Setia

































10

Comments

Popular posts from this blog

BIOPSIKOLOGI

PENILAIAN BERBASIS KELAS

MENGEMBANGKAN METODE PEMIKIRAN ISLAM