Teori Kecerdasan
Teori Kecerdasan
MAKALAH
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi
Umum
Di Bawah
Bimbingan:
Bapak Abdullah
Aminuddin Aziz, M.PdI

Disusun Oleh :
Muhammad Alfan Nur Rois ( 1493044075 )
Shofiyatun Nisa’ (
1493044065 )
Nurul Bidayanti (
1493044059 )
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS
HASYIM ASY’ARI
JOMBANG, JAWA TIMUR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku atau psikis individu dalam lingkungan. Di dalam ilmu psikologi kita juga akan
mempelajari materi kecerdasan atau disebut dengan Inteligensi. Kecerdasan
adalah kemampuan seseoarang untuk memberikan suatu tanggapan yang baik terhadap
suatu yang diterimanya.
Inteligensi erat kaitannya dengan kehidupan
manusia. Banyak problem-problem manusia yang berhubungan dengan inteligensi. Dalam
dunia pendidikanpun, inteligensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah-olah
inteligensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang
diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang
kehidupan. Untuk mengetahui tentang apa itu intellgensi, akan dijelaskan lebih
lanjut dalam makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan kecerdasan?
2.
Apa yang
dimaksud alat ukur kecerdasan?
3.
Jelaskan teori
teori mengenai kecerdasan?
4.
Faktor apa yang mempengaruhi inteligensi?
5.
Apa yang
dimaksud Inteligence sebagai kemampuan kognitif?
C.
Tujuan
Makalah yang
berjudul “Teori
Kecerdasan” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Umum. Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar kita mengetahui dan
memahami apa yang dimaksud kecerdasan itu. Dan juga mengetahui bagaimana
intelegensi itu berpengaruh bagi kehidupan kita. Agar kita bisa memanfaatkan
teori kecerdasan itu dalam proses pembelajaran.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kecerdasan
Menurut William Stern kecerdasan
atau intelligence merupakan suatu kapasitas atau kecakapan umum pada individu
secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang dihadapinya.
Tetapi menurut Carl Whitherrington kecerdasan adalah kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam
kemampuan atau kegiatan seperti berikut ini :
a.
Facility in the use of numbers yaitu
fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka.
b. Language efficiency yaitu
efesien penggunaan bahasa.
c.
Speed of perpection yaitu
kecepatan dalam pengamatan.
d. Facility in memorizing yaitu
fasilitas dalam mengingat.
e.
Facility in comprehending
relationship yaitu fasilitas dalam memahami hubungan.
f.
Imagination yaitu
menghayal.
Seorang ahli yang bernama S.C. Utami Munandar
merumuskan secara umum intelligence sebagai berikut :
a.
Kemampuan
untuk berfikir abstrak.
b.
Kemampuan
untuk menangkap hubungan – hubungan dan untuk belajar.
c.
Kemampuan
untuk menyesuaikan diri terhadap situasi situasi baru.
Edward Thorndike mendefenisikan intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good
responses from the stand point of the truth or fact atau dapat diartikan kecerdasan
adalah kemampuan individu untuk memberikan respons yang tepat (baik) terhadap
stimulasi yang diterimanya.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan atau
intelligence adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh sesorang dalam bidang
apapun dan individu tersebut dapat menjalankan
serta mengembangkan kemampuan yang ia miliki dengan baik.
B. Alat Ukur
Kecerdasan
Pengukuran kecerdasan ada tiga yaitu
IQ ( kecerdasan intelektual ), EQ ( kecerdasan emosional ), SQ ( kecerdasan
spiritual ). Keceerdasan intelektual bisa diukur karena bersifat kuantitatif.
Alat ukur kecerdasan intelektual sebagai berikut :
a.
Tes Binet Simon
Alat ukur kecerdasan kognitif pertama kali dibuat oleh
Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1905 atas
permintaan pemerintah Perancis, berkenaan dengan kasus kegagalan belajar
murid-murid sekolah. Tes yang mereka buat diperuntukkan anak usia 2 sampai
dengan 15 tahun. Cara yang mereka tempuh untuk mengukur kemampuan tersebut
adalah dengan membandingkan usia mental (mental
age) dengan usia kronologis (chronological
age).
b. Konsep Intelligence Quotient (
IQ )
Telah disebutkan bahwa dalam
mengukur taraf kecerdasan kognitif, Binet dan Simon membandingkan usia mental
dengan usia kronologis. Rumus ini dipakai dengan asumsi bahwa seorang anak
dinyatakan normal kemampuannya bila dirinya mampu melakukan tugas-tugas atau
pekerjaan-pekerjaan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan anak seusianya. Selanjutnya untuk menghindari adanya angka
pecahan, hasil bagi tersebut dikali seratus. Dengan demikian rumus tersebut
dapat ditulis sebagai berikut.
Sedangkan untuk kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ), hingga saat ini belum ada alat yang dapat mengukurnya dengan
jelas karena dua kecerdasan tersebut bersifat kualitatif bukan kuantitatif.
Orang yang
memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup tinggi dapat dilihat selain
dari hasil tes, dapat terlihat juga bahwa biasanya orang tersebut :
1.
Memiliki
kemampuan matematis
2.
Memiliki kemampuan
membayangkan ruang
3.
Melihat
sekeliling secara runtun atau menyeluruh
4.
Dapat
mencari hubungan antara suatu bentuk dengan bentuk lain
5.
Memiliki
kemampuan untuk mengenali, menyambung, dan merangkai kata-kata serta mencari
hubungan antara satu kata dengan kata yang lainya, memiliki memori yang cukup
bagus.
Seseorang
dengan kecerdasan emosi (EQ) tinggi diindikatori memiliki hal-hal sebagai
berikut :
1.
Sadar diri,
panada mengendalikan diri, dapat dipercaya, dapat beradaptasi dengan baik dan
memiliki jiwa kreatif,
2.
Bisa
berempati, mampu memahami perasaan orang lain, bisa mengendaikan konflik, bisa
bekerja sama dalam tim,
3.
Mampu
bergaul dan membangun sebuah persahabatan,
4.
Dapat
mempengaruhi orang lain,
5.
Bersedia
memikul tanggung jawab,
6.
Berani
bercita-cita,
7.
Bermotivasi
tinggi,
8.
Selalu
optimis,
9.
Memiliki
rasa ingin tahu yang besar, dan
10. Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas.
Tanda dari
orang –orang yang memiliki SQ yang berkembang dengan baik/tinggi :
1.
Mampu
bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2.
Memiliki
tingkat kesadaran diri yang tinggi
3.
Mampu untuk
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4.
Mampu untuk
menghadapi dan melampaui rasa sakit
5.
Memiliki
kualitas hidup yang didasari oleh visi dan nilai-nilai
6.
Menghindari
hal-halyang dapat menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7.
Cenderung
untuk memandang segala hal itu berkaitan (holistik)
8.
Kecenderungan
nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika” untuk mencari
jawaban-jawaban mendasar
9.
Mandiri SQ
yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki “makna” dalam
hidupnya. Dengan “makna” hidup ini seseorang akan memiliki kualitas “menjadi”,
yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang merasa gembira,
menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan dunia.
C. Teori
Kecerdasan
1. Teori Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Spearman,
dia mengembangkan teori dua faktor dalam kemampuan mental manusia. Yakni :
a. Teori faktor “g”
(faktor kemampuan umum) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas
secara umum (misalnya, kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika)
b. Teori faktor “s”
(faktor kemampuan khusus) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas
secara khusus (misalnya, mengerjakan soal – soal perkalian,atau penambahan
dalam matematika)
2. Teori Struktural Intelektual
Teori ini dikembangkan oleh Guilford,
dia mengatakan bahwa tiap-tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri
dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan
hasil informasi (product). Penjelasannya adalah sbb :
a. Operation
(aktivitas pikiran atau mental)
i.
Cognition, yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami
informasi. Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis”.
ii.
Memory, yakni menyimpan informasi dalam pikiran dan mempertahankannya.
iii.
Divergent production, yakni proses menghasikan sejumlah alternative informasi
dari gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah
judul sebuah cerita.
iv. Convergent
production, yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang ingatan.
Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS.
v.
Evaluation, yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan
berpikir logis.
b. Content (isi informasi)
i.
Visual, yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi
yang diterima oleh mata.
ii.
Auditory, yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari
stimulasi yang diterima oleh system pendengaran (telinga).
iii. Simbolic,
yaitu item – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan item – item yang lain. Misalnya sederet angka,
huruf abjad dan kombinasinya.
iv.
Sematic, biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada
simbol – simbol kata.
v.
Behaviora, yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individu
yang dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh.
c. Product
(bentuk informasi yang dihasilkan)
i. Unit, yaitu
suatu kesatuan yang memiliki suatu keunikan didalam kombinasi sifat dan atributnya,
contoh bunyi musik, cetakan kata.
ii. Class, yakni
sebuah konsep dibalik sekumpulan objek yang serupa. Misalkan bilangan genap dan
ganjil.
iii. Relation,
yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan
berurutan, Abi kawin dengan Ani.
iv. Sistem, yakni
tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Misalkan tiga
orang berinteraksi didalam sebuah acara dialog di TV.
v.
Transformation, yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi.
vi. Implication,
yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada. Misalkan
melihat 4X5 dan berpikir 20.
3. Teori
Kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Sternberg
menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam beberapa komponen yang dapat
membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya diantaranya :
a. Metakomponen
adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang
digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam
suatu tugas.
b. Komponen
kinerja adalah proses – proses pada urutan
lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja
dalam tugas.
c. Komponen
perolehan pengetahuan adalah proses – proses
yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya dalam ingatan.
4. Teori
Inteligensi Majemuk (multiple intelligences)

Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri setiap anak tersimpan sembilan jenis kecerdasan yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas tersebut menjadi sembilan kategori yang komprehensif atau sembilan macam kecerdasan dasar.
1. Kecerdasan linguistik (Linguistic
intelligence)
Kemampuan untuk menggunakan
dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral maupun secara tertulis
Contohnya: pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, orator.
2. Kecerdasan matematis-logis (Logical –
mthematical intelligence)
Kemampuan
ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika . Jalan pikiran bernalar
dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat . Contohnya: matematikus,
programer, logikus.
3. Kecerdasan ruang(Spatial intelligence)
Kemampuan
untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal
bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat. Contohnya:
pemburu, arsitek, dekorator.
4. Kecerdasan kinestetic-badani (bodily-
kinesthetic intelligence)
Kemampuan
menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan .
Contohnya: aktor, atlet, penari, ahli bedah.
5. Kecerdasan musikal (Musical intelligence)
Kemampuan untuk mengembangkan
, mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik dan suara, peka terhadap
ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik. Contohnya:
komponis, musisi.
6. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal
intelligence)
Kemampuan
untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak,
temperamen orang lain. Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan berkomunikasi
dengan berbagai orang. Contohnya: komunikator, fasilitator.
7. Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal
intelligence)
Kemampuan berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan untuk bertindak secara adaptif berdasar
pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi
akan gagasan – gagasan . Mereka mudah berkonsentrasi dengan baik, suka bekerja
sendiri dan cenderung pendiam. Contohnya: para pendoa batin.
8. Kecerdasan lingkungan/aturalis (Naturalist
intlligence)
Kemampuan untuk mengerti
flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang
dengan baik. Contohnya: petani, peternak.
9. Kecerdasan eksistensial (Exixtential
intlligence)
Kemampuan
menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan –
persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia.
Contohnya: persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini.
Contohnya: persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini.
D.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Intelegensi
1. Faktor
pembawaan
Faktor
pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di dalam intelegensi. Faktor
ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau
kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh
faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang
bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan
pelatihan yang sama.
2.
Faktor minat dan pembawaan yang khas
Faktor
minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luas, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.
Faktor pembentukan
Pembentukan
adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang
dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh
alam disekitarnya.
4.
Faktor kematangan
Di
mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang,
jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak
belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD,
karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak.
Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal
tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
5.
Faktor kebebasan
Faktor
kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
E. Inteligensi
Sebagai Kemampuan Kognitif
1.
Kemampuan Mengklasifikasikan Pola-pola Objek
Orang dengan inteligensi normal mampu mengenali dan
mengklasifikasikan stimulus-stimulus yang tidak identik ke dalam satu kelas
atau rumpun.
2.
Kemampuan Beradaptasi (Kemampuan Belajar)
Kemampuan belajar dan memodifikasi perilaku agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan merupakan hal yang penting bagi inteligensi
manusia.
3.
Kemampuan Menalar secara Deduktif
Orang yang inteligen mampu menarik kesimpulan tertentu
berdasarkan premis-premis yang mendahului.
4.
Kemampuan Menalar secara Induktif
Penalaran Induktif meminta seseorang menarik
kesimpulan di balik informasi yang diberikan atau terbatas. Penalaran ini
meminta seseorang untuk menemukan aturan-aturan atau prinsip-prinsip tertentu
berdasarkan contoh-contoh khusus.
5.
Kemampuan Mengembangkan dan Menggunakan Konsep
Meliputi bagaimana seseorang membentuk suatu
kesan-pemahaman mengenai cara-cara suatu objek bekerja atau berfungsi, dan
bagaimana menggunakan model itu untuk memahami dan menginterpretasi
kejadian-kejadian.
6.
Kemampuan Memahami
Berkaitan
dengan kemampuan melihat adanya hubungan atau relasi dalam suatu permasalahan,
dan kegunaan-kegunaan hubungan ini bagi pemecahan masalah itu. Keabsahan
kemampuan memahami ini merupakan bagian yang menonjol di dalam tugas-tugas pada
tes inteligensi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecerdasan atau
intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang di
miliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang. Beberapa teori
menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh
individu dalam menentukan tujuan hidupnya.
Inteligensi/kecerdasan
secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan
untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan
sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita
hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun
bertambah.
Dengan kata
lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran
yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas
mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan
ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di
sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari rekan-rekannya yang
lebih cerdas, dan sebaliknya.
B.
Saran
Penulis menyadari banyak terdapat
kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan
kritikan yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Atas masukan kritikan dan sarannya, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Buku :
Azwar,
Saifuddin. 2006. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Irham,
Muhammad, Novian Ardi Wijayanti. 2014. Psikologi
Pendidikan. Ar-Rush Media.
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia
Sumber Internet:
Andrio, Jimmy. 2013. Makalah Psikologi Pendidikan - Intelegensi.
http://jimmyandrio.blogspot.com/2013/09/makalah-psikologi-pendidikan.html#sthash.JiLaWpn9.dpuf.
Diakses pada 10 November 2014.
Mirza. 2012. Teori Kecerdasan Ganda dan Penerapannya.
http://mynamemirza.wordpress.com/2012/06/09/teori-kecerdasan-ganda-multiple-intelligence-dan-penerapannya. Diakses pada 10
November 2014.
Comments
Post a Comment